Bandung (ANTARA) - BPS Jabar mengungkapkan laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada kuartal I (Januari-Maret) tahun 2025, bertumbuh sebesar 4,98 persen secara tahunan (year on year/yoy), namun hanya 0,28 persen jika dihitung dari kuartal IV (Oktober-Desember) 2024.
Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat, Darwis Sitorus di Bandung, Senin, mengatakan data seperti ini karena tingkat produksi tertinggi biasanya ada di triwulan tiga dan empat.
"Namun secara tahunan, jika dibanding periode yang sama di tahun 2024, bertumbuh signifikan itu positif, mengingat puncak produksi itu kuartal tiga dan empat. Karenanya saya sih masih optimistis ya untuk ke triwulan-triwulan berikutnya," ujar Darwis Sitorus di Gedung BPS Jawa Barat.
Darwis mengungkap angka pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada kuartal I tahun 2025 ini, melebihi pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya mencapai 4,87 persen.
Menurut lapangan usaha yang menjadi sumber pertumbuhan tertinggi, adalah kategori pertanian sebesar 1,83 persen, kategori perdagangan 0,90 persen, transportasi dan pergudangan sebesar 0,56 persen, informasi dan komunikasi sebesar 0,56 persen.
Sedangkan menurut pengeluaran yang menjadi sumber pertumbuhan tertinggi adalah konsumsi rumah tangga sebesar 2,99 persen, PMTB sebesar 0,74 persen dan konsumsi pemerintah sebesar 0,04 persen.
Sumber pertumbuhan terbesar pada kuartal I tahun 2025 secara tahunan (year on year/yoy), yaitu pertanian sebesar 31,89 persen, perdagangan sebesar 6,23 persen dan transportasi serta pergudangan sebesar 10,68 persen.
"Peningkatan produksi padi dan jagung seiring dengan pola tanam yang kembali normal merupakan faktor tumbuhnya pertanian. Sedangkan pada perdagangan penyebabnya adalah peningkatan penjualan eceran pada saat ramadan terutama pada kelompok peralatan informasi dan komunikasi, makanan, minuman dan tembakau serta kelompok sandang," kata Darwis.
Laju pertumbuhan kuartal I tahun 2025 secara tahunan (year on year/yoy) di Pulau Jawa, yang tertinggi yaitu Banten sebesar 5,19 persen, Yogyakarta sebesar 5,11 persen dan Jawa Timur sebesar 5 persen, Jawa Barat sebesar 4,98 persen, Jawa Tengah sebesar 4,96 persen dan Jakarta sebesar 4,95 persen.