Jakarta (ANTARA) - Analis Bank Woori Saudara Rully Nova mengatakan penguatan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi respon serius pemerintah mencegah stagnasi ekonomi.
“Pemerintah serius merespon gejolak di pasar keuangan melalui langkah-langkah yang akan diambil guna mencegah stagnasi ekonomi dan dukungan BI (Bank Indonesia) memberi ruang penurunan suku bunga,” ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini di Jakarta menguat sebesar 46 poin atau 0,28 persen menjadi Rp16.485 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.531 per dolar AS.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini juga menguat ke level Rp16.491 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.528 per dolar AS.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan kebijakan pelaksanaan pembelian kembali saham (buyback) tanpa melalui rapat umum pemegang saham (RUPS), yang dikeluarkan oleh perusahaan terbuka, di tengah kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan.
Kebijakan ini dikeluarkan dengan pertimbangan bahwa perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 19 September 2024, mengalami tekanan yang terindikasi dari penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) per 18 Maret 2025 sebesar 1.682 poin atau minus 21,28 persen dari highest to date.
Kebijakan buyback saham tanpa RUPS ini sudah disampaikan kepada direksi perusahaan terbuka melalui surat resmi OJK tertanggal 18 Maret 2025.
Sesuai Pasal 7 Peraturan OJK Nomor 13 Tahun 2023, dalam kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan, perusahaan terbuka dapat melakukan pembelian kembali saham (buyback) tanpa memperoleh persetujuan RUPS.
Pelaksanaan pembelian kembali saham karena kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan juga wajib memenuhi ketentuan POJK Nomor 29 Tahun 2023 tentang Pembelian Kembali Saham yang Dikeluarkan oleh Perusahaan Terbuka.
Sementara itu, penetapan kondisi pasar yang berfluktuasi secara signifikan berlaku sampai dengan enam bulan setelah tanggal surat yang dikeluarkan oleh OJK.
Menurut Rully, sentimen terhadap respon pemerintah ditangkap secara positif dari para pelaku pasar. Hal ini tergambar dari membaiknya pasar saham dan kenaikan harga obligasi negara.
Penurunan yield obligasi negara di kisaran 1-2 basis points (bps) untuk tenor 2,5 & 10 tahun. Selain itu, IHSG BEI dibuka menguat 63,85 poin atau 1,01 persen ke posisi 6.375,51.
Di samping itu, penguatan kurs rupiah juga dipengaruhi pernyataan dovish dari Federal Reserve (The Fed).
Gubernur The Fed Jerome Powell memproyeksikan pertumbuhan ekonomi AS diturunkan dari 2,1 persen menjadi 1,7 persen.
Adapun penurunan suku bunga acuan Federal Funds Rate (FFR) diperkirakan dari posisi saat ini 4,25-4,50 basis points (bps) saat ini menjadi 3,75-4,00 bps.
Berdasarkan informasi Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX), The Fed sudah diprediksi akan mempertahankan suku bunga acuan FFR di kisaran 4,25 - 4,50 persen.
Namun, proyeksi ekonomi terbaru dari para pejabat The Fed menjadi sorotan utama mengingat risiko resesi meningkat akibat kebijakan perdagangan yang agresif.
Saat ini, sentimen pasar menunjukkan kekhawatiran bahwa tarif impor AS dapat memperburuk inflasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi yang berpotensi mendorong permintaan terhadap aset safe haven seperti emas. Pasar juga mencermati pernyataan The Fed terkait potensi pemangkasan suku bunga di semester kedua tahun ini.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah menguat dipengaruhi respon pemerintah cegah stagnasi ekonomi