Antarajabar.com - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan atau Aher menyambut baik dan bangga terhadap PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (BJB) Tbk yang telah ditunjuk oleh pemerintah sebagai salah satu dari 19 bank penampung dana repatriasi "tax amnesty".
"BJB bisa menjadi penerima dan penampung uang tax amnesty yang baik. Saya menjamin, uang yang tersimpan tersebut aman karena status BJB yang sudah go public dan bank besar yang diakui pemerintah," kata Ahmad Heryawan dalam siaran persnya, Kamis.
Aher yang juga menjabat sebagai Komisaris Bank BJB ini juga menjamin kerahasiaan mereka yang ikut program tax amnesty ini walaupun dirinya belum mengetahui berapa perkiraan perusahaan atau perorangan yang akan melaksanakan program tersebut di wilayahnya.
"Dan yang pasti BJB menjamin kerahasiaannya, dari nama perusahaannya, sampai yang datang ke banknya juga dirahasiakan. Kan bisa dipidana kalau membocorkan," kata dia.
Menurut dia, bila uang repatriasi tax amnesty yang masuk ke bank dalam jumlah besar maka pemasukan pajak untuk pemerintah pun tergolong besar juga.
Uang tersebut, kata dia, bisa digunakan untuk investasi pembangunan dan dalam waktu bersamaan pajaknya bisa dirasakan langsung untuk kepentingan masyarakat.
"Contohnya uang tax amnesty-nya Rp1 miliar, pajak dibayar, uang sisanya itu jadi legal kan. Masuk ke bank jadi dana segar. Mudah-mudahan semuanya pada kuat nasionalismenya. Kan uang itu yang didapatkan di Indonesia, digulirkan di Indonesia, dan dimanfaatkan untuk rakyat Indonesia," kata dia.
Ia mengatakan dana repatriasi tersebut bisa digunakan untuk memodali pembangunan mulai dari pembangunan infrastruktur jalan tol, perumahan, serta pengembangan wisata di Jabar Selatan.
"Proyek jalan tol di Jabar banyak sekali, ada Tol Cileunyi-Garut-Tasik atau Cigatas, atau bisa juga untuk membangun jalan tol baru," kata dia.
Ia menilai tax amnesty ini merupakan upaya pemerintah untuk mengajak para pengusaha memperkokoh nasionalismenya dengan cara mengampuni pajak mereka.
"Kalau kemarin-kemarin mereka nyimpan uang di luar karena menghindari bayar pajaknya, sekarang masuk lagi ke dalam negeri, gulirkan di Indonesia," kata dia.
Hal ini, lanjut Aher, karena investasi di Tanah Air masih berpeluang, sedangkan investasi di Eropa dan Asia seperti Jepang dinilai sudah tidak menarik lagi, bahkan sudah stuck.
"Model investasi yang berkembang itu di Indonesia, menarik. Jadi duitnya dibawa kesini, sudah diinvestasikan nambah lagi duitnya. Tapi tolong kalau duit dikelola tanpa membayar pajaknya dan di bawa keluar negeri, sekarang sudah diampuni pajaknya, ke depan jangan tidak bayar pajak lagi.
"Tentu kalau dana itu masuk ke Jawa Barat sangat wajar, karena 60 persen industri manufaktur nasional ada di sini," ujar dia.