Antarajabar.com - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat akan menyasar keberadaan perusahaan electronic commerce (e-commerce) atau perdagangan secara elektronik di Jawa Barat saat melaksanakan Sensus Ekonomi Nasional 2016 yang dilaksanakan pada bulan Mei.
"Sensus tahun 2006, jumlah perusahaan di Jabar ada 4 juta, tahun ini kita prediksi mungkin bertambah jadi 5 juta perusahaan. Dalam Sensus ini kita juga akan sasar e-commerce juga. Kita akan gandeng asosiasinya karena mereka kan ada asosiasinya," kata Kepala BPS Provinsi Jawa Barat Bachdi Ruswana, di Bandung, Jumat.
Ditemui usai melakukan rapat dengan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di Gedung Negara Pakuan, ia mengatakan omzet perusahaan e-commerce secara nasional cukup besar yakni diperkirakan mencapai Rp7 triliun per tahun.
"Pada sensus ekonomi kali ini pendataan juga akan menyasar pelaku usaha e-commerce seperti online shop karena pertumbuhannya yang cukup signifikan," kata dia.
Pihaknya mengatakan para pelaku usaha dan pengelola perusahaan tidak perlu khawatir akan kerahasiaan perusahaan seiring dilakukannya sensus ekonomi nasional 2016.
"Sensus ekonomi ini tidak akan mengungkap data masing-masing perusahaan apalagi sampai menginformasikannya secara luas," kata dia.
Ia menjelaskan melalui sensus ekonomi tersebut maka pihaknya hanya akan mengungkap data perekonomian secara keseluruhan sehingga tidak akan mempublikasikan satu per satu data perusahaan.
Menurut dia sejauh ini terdapat pengusaha yang khawatir dengan adanya sensus ekonomi 2016 ini, seperti kekhawatirannya yang menyangkut jumlah pajak yang dibayarkan perusahaan.
"Kami dari BPS dilarang secara undang-undang jika mempublikasikan data secara individu perusahaan. Kita hanya data agregat saja, data summary, individu enggak boleh, dilarang," katanya.
Oleh karena itu, dia meminta pelaku dan pengelola perusahaan mau menjawab jujur setiap pertanyaan yang dilayangkan petugas sensus dan hal ini penting demi keakuratan hasil sensus.
"Dengan adanya data sensus yang akurat, kata dia, pemerintah akan mudah dan tepat dalam menetapkan kebijakan demi menjaga pertumbuhan ekonomi. Berujung pada data perekonomian. Ini kepentingan bersama, harapannya semua perusahaan menjawab pertanyaan petugas," katanya.
Lebih lanjut ia mengatakan sensus ekonomi ini juga akan menjadi acuan dalam mengetahui prospek dari setiap lini usaha.
"Sehingga ada peluang usaha apa saja yang belum jenuh, bagaimana kebijakan yang harus dilakukan pemerintah dari data sensus ekonomi tersebut. Ini juga bisa lebih detail bagaimana menghadapi MEA, akselerasi perekonomian jelang MEA," katanya.
Sementara itu Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan atau Aher sangat menyambut baik adanya sensus perekonomian ini karena hal ini mampu menampilkan gambaran asli mengenai kondisi perekonomian nasional maupun masing-masing wilayah di tanah air.
Gubernur berharap, sensus ekonomi ini bisa mengungkap kekuatan ekonomi Jabar sesungguhnya karena selama ini ada dugaan kondisi perekonomian Jabar yang sesungguhnya tidak terungkap akibat danya salah tafsir dalam penghitungan produk domestik regional bruto (PDRB).
"Kami khawatir selama ini produk ekspor yang dihasilkan di Jabar dihitung sebagai produk DKI Jakarta karena pengirimannya melalui Pelabuhan Tanjung Priok yang terletak di Jakarta seharusnya penghitungan barang itu dimasukkan ke daerah yang menjadi tempat produksi, bukan daerah tempat pengiriman," kata Aher.
