Bandung (ANTARA) - Penjabat Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin menekankan tiga fokus utama yang harus dilakukan jajarannya dan para pemangku kepentingan terkait upaya penanggulangan bencana banjir bandang dan tanah longsor di Kabupaten Sukabumi.
"Pertama fokus pada evakuasi warga, kemudian fokus pada akses yang terputus oleh longsor, karena ada beberapa jembatan dan jalan yang putus," kata Bey di Palabuhanratu, Sukabumi usai meninjau beberapa lokasi terdampak bencana, Kamis.
Baca juga: Bencana hidrometeorologi di Kabupaten Sukabumi meluas ke 30 kecamatan
Untuk fokus ketiga, kata dia, adalah penyaluran bantuan dan logistik ke daerah yang terisolir akibat putusnya akses. Untuk daerah terisolir tersebut, kata dia, akan dilakukan melalui jalur laut. "Untuk akses yang terputus lewat kapal, bisa dilakukan," ujarnya.
Bey juga mengatakan Pemprov Jabar bersama BNPB sepakat mendirikan posko utama penanggulangan bencana di Palabuhanratu sebagai ibu kota Kabupaten Sukabumi.
"Kami belajar dari pengalaman sebelumnya, harus ada posko utama. Agar semua bantuan terkoordinasi, tadi saran Deputi BNPB, jadi semua terkontrol dengan baik," tuturnya.
Terkait banjir bandang, Bey memastikan meski sudah tidak terjadi susulan, keselamatan warga tetap harus diutamakan.
Karena itu, saat ini warga diminta untuk tetap tinggal di pengungsian sambil menunggu hasil kajian PVMBG terkait lokasi pergerakan tanah di Cikembar. "Apakah lokasi itu sudah tidak layak dihuni, kalau tidak layak harus direlokasi," ujarnya.
Bey menyebut bahwa saat ini sedang dikaji apakah diperlukan status tanggap darurat atau tidak. Jika ditetapkan tanggap darurat, ada regulasi yang mengatur penggantian kerusakan bangunan warga.
"Kalau (ditetapkan) tanggap darurat, sesuai aturan BNPB, yang rusak berat diganti Rp50 juta, sedang Rp30 juta, rusak ringan Rp10 juta, dengan melewati proses asesmen," tuturnya.
Bey juga meminta Bupati Sukabumi Marwan Hamami untuk lebih masif mengingatkan warganya, terutama yang tinggal di bantaran sungai untuk waspada. Mengingat saat ini terjadi pergeseran puncak musim hujan yang intensitas tingginya akan terjadi pada Januari 2025. "Keselamatan warga tetap yang utama," katanya.