Jakarta (ANTARA) -
Depresiasi yang cukup besar dari beberapa mata uang global juga berkontribusi terhadap tren penguatan dolar AS. Dolar Australia melemah setelah inflasi Agustus 2024 menurun menjadi 2,7 persen year on year (yoy), diikuti oleh penurunan harga komoditas.
Hal tersebut memicu ekspektasi terhadap pemotongan suku bunga kebijakan yang lebih agresif dari bank sentral Australia, Reserve Bank of Australia (RBA), dalam waktu dekat.
RBA telah mempertahankan suku bunga kebijakan di level 4,35 persen. Dolar Australia terdepresiasi sebesar 1 persen menjadi 0,68.
Sementara itu, Yen Jepang terdepresiasi setelah rilis data penjualan di department store nasional. Data tersebut menunjukkan tren melambat pada Agustus 2024. Yen Jepang melemah 1,06 persen menjadi 144,75.
Di sisi lain, Pemerintah Tiongkok melanjutkan pengumuman stimulusnya, dengan menyatakan bahwa pemerintah akan membelanjakan 800 miliar Yuan Tiongkok sebagai dukungan likuiditas untuk pasar saham.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah turun setelah permintaan properti AS lebih baik dari perkiraan