Aplikasi ini populer di berbagai negara di seluruh dunia, termasuk di Rusia dan Ukraina. Aplikasi pesan itu digunakan secara aktif oleh pejabat serta pakar militer dan politik dari kedua belah pihak dalam perang yang sedang berlangsung.
Setelah menghadapi masalah dengan pejabat Rusia terkait VKontakte, Durov juga menjadi sorotan Dinas Pengawasan Komunikasi, Teknologi Informasi, dan Media Massa Rusia (Roskomnadzor) menyoal Telegram.
Aplikasi ini diblokir di Rusia pada 2018-2020 akibat gugatan tidak membagikan kode enkripsi kepada Dinas Keamanan Federal (FSB) negara tersebut.
Selama periode tersebut, Durov berpendapat bahwa memberikan kode enkripsi kepada badan intelijen akan menjadi pelanggaran Konstitusi terkait perlindungan hukum atas privasi.
Meskipun menghadapi masalah itu dengan otoritas Rusia, kekayaan Durov terus bertambah dan dia masuk dalam Bloomberg Billionaires Index untuk pertama kalinya pada Agustus 2024, menempati posisi dalam 300 teratas.
"Saya lebih suka bebas daripada menerima perintah dari siapapun," kata Durov dalam sebuah wawancara pada bulan April dengan jurnalis Amerika, Tucker Carlson.
Penahanan dan Dampaknya
Laporan di media Rusia dan Prancis menunjukkan bahwa Durov ditahan pada Sabtu karena memfasilitasi akses ke konten ilegal di Telegram.
Penahanan Durov di bandara di Paris memicu berbagai kontroversi. Elon Musk, pemilik X, juga menyerukan pembebasan Durov di platform media sosialnya.
"Liberte (Kebebasan), Liberte!, Liberte?" tulis Musk.