Cerita Citarum sendiri merupakan sebuah catatan perjalanan ekspedisi dengan menyusuri peninggalan budaya dari hulu di Situ Cisanti, Kabupaten Bandung, hingga hilir tepat di Muara Pakis, Kabupaten Karawang, yang telah membentuk berbagai warisan budaya yang ada hingga saat ini.
Tersembunyi di balik rimbunnya hutan lindung di kaki Gunung Wayang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, terdapat sebuah danau menawan bernama Situ Cisanti. Keindahan alamnya yang memesona bukan satu-satunya daya tarik Situ Cisanti.
Danau ini menyimpan sejarah panjang dan menjadi titik awal peradaban yang dialiri oleh nadi kehidupan, Sungai Citarum.
Situ Cisanti dikelilingi oleh panorama alam yang asri dan menyejukkan mata. Hutan lindung yang rimbun menjadi rumah bagi berbagai flora dan fauna. Danau ini merupakan hulu Sungai Citarum, sungai terbesar dan terpanjang di Jawa Barat, yang dikenal sebagai "Ibu Citarum” yang memiliki luas kurang lebih 5 hektare dan berada di lahan seluas 10 hektare di Kawasan Perhutani.
Situ Cisanti menampung tujuh aliran mata air yaitu Pangsiraman, Cikoleberes, Cikawadukan, Cikahuripan, Cisadana, Cihaniwung, dan Cisanti, mengalir sepanjang 297 kilometer, mengairi sawah dan menjadi sumber kehidupan bagi jutaan masyarakat.

Bagi masyarakat Sunda, Situ Cisanti memiliki nilai spiritual yang tinggi. Di sini, terdapat petilasan Prabu Siliwangi, raja Sunda legendaris. Konon ia bertapa di tempat ini sebelum masuk Islam. Legenda lain menceritakan tentang Dipati Ukur, seorang panglima perang Sunda yang bersembunyi di Situ Cisanti saat dikejar oleh pasukan Belanda.
Sebagai hulu Sungai Citarum, Situ Cisanti memiliki peran penting dalam menjaga kelestarian lingkungan. Berbagai upaya dilakukan untuk menjaga kebersihan danau dan sekitarnya, seperti revitalisasi air danau, edukasi bagi masyarakat dan wisatawan, serta penanaman pohon hingga ikan di kawasan danau.