Sekretariat Satgas Citarum, Sandhi Firmansyah, menyampaikan bahwa revitalisasi Situ Cisanti merupakan kelanjutan dari SK Menteri Kehutanan Nomor 195 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa status Gunung Wayang sebagai hutan lindung yang perlu dilestarikan.
Selanjutnya tepat pada Februari 2018 kawasan tersebut dilakukan pembersihan oleh TNI sebagai program Citarum Harum yang digagas oleh Pemerintah Pusat kala itu.
“Dulu airnya agak kehijauan karena banyak eceng gondok tumbuh, tetapi sejak 2018, para petugas dari TNI yang membersihkan kawasan Situ Cisanti juga menanam bibit ikan mas dan mengeluarkan aturan tidak diperbolehkan adanya aktivitas memancing untuk menjaga kelestariannya,” kata dia.
Meskipun ada tantangan, harapan untuk menjaga keasrian Situ Cisanti tetaplah besar. Dengan komitmen dan kerjasama dari semua pihak, Situ Cisanti dapat dilestarikan sebagai sumber kehidupan, budaya, dan wisata bagi generasi sekarang dan masa depan.
Citarum pernah jadi jalur perdagangan
Di balik panjang aliran Sungai Citarum, tersimpan kisah pelabuhan bersejarah bernama Cikaobandung. Pelabuhan ini, yang terletak di Desa Cikao Bandung, Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta, ini pernah menjadi saksi bisu kejayaan perdagangan di Indonesia pada abad ke-18.
Pada masa itu, Pelabuhan Cikaobandung berperan penting sebagai jalur transit utama untuk bahan-bahan hasil bumi dari berbagai daerah di Jawa Barat, terutama Priangan Timur menuju Batavia.
Pada masa Hindia Belanda, Pelabuhan Cikaobandung menjadi salah satu pusat perdagangan utama yang memanfaatkan strategisnya posisi Sungai Citarum. Pelabuhan ini terletak di sepanjang aliran sungai, yang memungkinkan kapal-kapal dagang untuk berlabuh dan melakukan aktivitas bongkar muat.
Pelabuhan Cikaobandung memainkan peran penting dalam distribusi hasil bumi seperti kopi, teh, karet, dan rempah-rempah. Komoditas ini diangkut melalui Sungai Citarum menuju pelabuhan, kemudian diekspor ke berbagai penjuru dunia.
Di sekitar pelabuhan, dulu terdapat gudang-gudang besar untuk menyimpan hasil bumi yang ramai dikunjungi pedagang, dan permukiman penduduk sekitar.