Kota Bandung (ANTARA) - Kota Bandung terkenal dengan keindahan alam yang memesona, berudara sejuk, dan kaya akan budaya. Namun, di balik keelokan tersebut, Kota Kembang ini menyimpan "luka" yang kerap muncul saat musim hujan tiba.
Kota Bandung memang terletak di sebuah cekungan yang dikelilingi oleh pegunungan sehingga sering digambarkan seperti berada di tengah mangkuk raksasa.
Menelisik sejarah, cekungan Bandung terbentuk jutaan tahun lalu akibat letusan dahsyat Gunung Sunda. Erupsi ini menciptakan kaldera raksasa yang kemudian terisi air dan menjadi danau purba. Seiring dengan waktu, danau tersebut mengering dan meninggalkan cekungan yang luas.
Terletak di tengah cekungan, kota ini memang rawan banjir karena air hujan mudah terkonsentrasi ke wilayah tengah dan mengalir dari lereng gunung menuju dua aliran sungai utama, yaitu Sungai Cikapundung dan Sungai Citarum yang sangat rentan meluap saat musim hujan tiba.
Dulu, Bandung memiliki banyak sekali kawasan hijau, seperti hutan, kebun, dan persawahan. Kawasan-kawasan ini dulu berfungsi sebagai kolam alami yang mampu menampung air hujan dan mencegah terjadinya banjir.
Akan tetapi, saat ini banyak sekali kawasan hijau yang beralih fungsi menjadi permukiman, gedung perkantoran, hingga perhotelan. Hal ini menyebabkan berkurangnya daerah resapan air yang berpotensi memicu banjir di wilayah Kota Bandung.
Oleh karena itu, permasalahan banjir menjadi pekerjaan rumah bagi kota ini. Aliran air sering kali meluap ke permukaan setelah terkikisnya lahan hijau akibat perubahan tata guna lahan.
Menyadari hal ini, Pemerintah Kota Bandung pada masa kepemimpinan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil pada tahun 2015 meluncurkan program inovatif untuk memerangi banjir di kota ini melalui pembangunan kolam retensi.
Kolam retensi kali pertama dibangun di Taman Lansia, Kelurahan Cisangkuy, Kecamatan Bandung Wetan. Ide pembangunan Kolam Retensi Taman Lansia muncul dari keprihatinan atas permasalahan banjir yang kerap melanda Kota Bandung dengan mengamati bahwa taman perkotaan, selain berfungsi sebagai ruang publik, juga memiliki potensi untuk menampung air hujan.
Kolam Retensi Taman Lansia memiliki luas 2.452 meter persegi dengan kedalaman 4 meter sehingga dapat menampung air sebanyak 8.417 meter kubik untuk dialirkan menuju anak Sungai Cikapundung, yakni Sungai Cikapayang.