"Untuk alat ini sampai di layanan kesehatan atau di pasaran, mungkin membutuhkan waktu dua sampai tiga tahun lagi, karena prosesnya memang kita masih terus mencari yang betul-betul aman, betul-betul portabel, betul-betul mudah untuk digunakan," ujarnya.
Sejauh ini, kata dia, sudah terdapat mitra industri yang bersedia bekerja sama dengan pihak peneliti untuk mendistribusikan ke toko-toko kesehatan. Di samping itu, tim peneliti juga merencanakan diseminasi alat tersebut kepada lembaga-lembaga pemerintahan, serta LSM yang berfokus pada bidang kesehatan ibu dan anak, agar alat itu dapat dengan mudah diakses masyarakat melalui faskes-fakses di sekitar mereka.
Berdasarkan perhitungan kasar Restu, untuk saat ini, kisaran harga Detect Me masih berada pada rentang Rp1 juta ke atas. Atas kendala ini, Restu dan timnya mempertimbangkan solusi berupa sistem peminjaman bagi ibu yang kehamilannya berisiko tinggi.
"Kami juga sudah mempertimbangkan ke depannya, apakah alat ini harus dimiliki atau bisa dipinjamkan. Jadi, tidak selalu juga ibu-ibu tuh harus beli, kemudian mengeluarkan uang. Bisa juga, ini menjadi bagian dari fasilitas kesehatan yang ada di Indonesia, dimana ibu-ibu yang berisiko tinggi hamilnya ataupun janinnya, itu dipinjamkan alat supaya ketika dia di rumah, dia tetap bisa memantau," ucap Restu.
Baca juga: Ikano Universitas Padjajaran luncurkan buku kenotariatan siber
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Peneliti Unpad kembangkan alat periksa janin portabel berbasis IoT
Unpad kembangkan alat periksa kesehatan janin portabel
Rabu, 17 Januari 2024 20:12 WIB