"Saudara-saudara! Di antara kita ada yang bermimpi di siang bolong dan mengatakan bahwa hak-hak asasi dan kemerdekaan rakyat Palestina bisa diperoleh melalui jalur perdamaian dengan penjajah," kata orator aksi damai, Habib Zahir bin Yahya dalam keterangan diterima di Surabaya, Jumat.
Dia mengatakan yang menggelikan adalah bahwa, konon, rakyat dan bangsa Indonesia bisa turut mengupayakan kemerdekaan tersebut asal kita terlebih dahulu membuka hubungan politik dengan rezim Zionis.
Habib Zahir menekankan sejumlah fakta bahwa mimpi semacam itu alih-alih menjadi kenyataan, bahkan sebaliknya membuat sejumlah negara yang terlanjur berdamai dan membuka hubungan diplomatik dengan rezim Zionis justru menjadi pihak yang paling direcoki oleh Israel.
“Orang-orang ini tidak tahu atau berpura-pura tidak tahu bahwa mimpi serupa pernah dimiliki negara Mesir yang menandatangani Perjanjian Damai Camp David dengan Israel dan negara Yordania yang menandatangani perjanjian Aqabah dan sampai saat ini kedua negara tersebut, alih-alih bisa memperjuangkan kemerdekaan Palestina, justru menjadi negara yang paling direcoki oleh Israel,” ujarnya.
Habib Zahir juga menobatkan Israel sebagai "Pecundang Tak Terkalahkan", akibat mitos kedigdayaannya saat ini telah hancur berkeping-keping dan mustahil dipulihkan.
"Mitos tentara Israel yang tak terkalahkan, mitos intelijen terbaik dan terkuat dunia, dan mitos 'negara suaka' yang mampu melindungi rakyat Yahudi kini runtuh berkeping-keping dan tidak akan pernah dapat dikembalikan, meski Israel berhasil meratakan Jalur Gaza dan membunuh seluruh penghuninya yang tak berdosa. Israel kini tidak lebih dari pecundang kelas dunia yang tak terkalahkan!," ucapnya.
Pada kesempatan itu, KUMAIL menyatakan sejumlah sikap:
1. Mengucapkan selamat kepada umat Islam dan seluruh pejuang keadilan sejagad raya atas seluruh keberhasilan para pejuang Palestina dalam upaya mengusir penjajah dan meraih hak-hak asasi dan kemerdekaan.
2. Menganggap akar permasalahan isu Palestina adalah penjajahan rezim Zionis dan ketidakadilan terhadap rakyat dan bangsa Palestina yang telah berlangsung selama 75 tahun.