Usai menyelesaikan proses preservasi maupun restorasi, tahapan berikutnya ialah pemindaian (scanning) agar dokumen-dokumen yang berumur lebih dari lima puluh tahun tersebut memiliki salinan digital.
Mewarisi dengan digitalisasi
Kepala Satuan Pelaksana Pengolahan dan Dokumentasi Sastra HB Jassin, Nurcahyo Yudi Hermawan, mengatakan keseriusan untuk merawat hasil kerja pengarsipan sosok HB Jassin dimulai sejak tahun 2018 ketika pengelolaannya akhirnya dibantu oleh Pemprov DKI Jakarta melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip).
Keseriusan tersebut terlihat melalui pengadaan alat pemindai ukuran besar sekaligus perekrutan beberapa tenaga ahli seperti Hananudin.
Ada delapan orang yang kini bertugas untuk memindai dan memperbaiki hasil pindai sebelum akhirnya diarsipkan secara digital. Mereka bekerja setiap hari dengan jadwal libur yang berbeda-beda sehingga proses pemindaian tetap berjalan di hari Sabtu dan Minggu.
"Dari 170ribu lebih naskah koleksi, sudah 55ribu yang berhasil didigitalkan dan itu semua naskah tulisan tangan," ujar Nurcahyo Yudi Hermawan.
Dengan jumlah tersebut seluruh naskah tulisan tangan telah hampir selesai didigitalisasi. Proses digitalisasi naskah-naskah koleksi HB Jassin memang terus dikebut sebab berpacu dengan usia kertas dan tinta pena yang kian lapuk dan memudar.
Adapun yang lebih penting, ada identitas bangsa, yakni budaya dan sastra dalam lembar-lembar naskah yang harus terus dilanjutkan proses pengarsipannya.
Menurut Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan DKI Jakarta, Firmansyah, ketika dokumentasi terabaikan, maka pemahaman tentang konsep berbangsa dan bernegara juga menjadi kurang jelas.