New York (ANTARA) - Harga minyak mentah turun pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), setelah data ekonomi AS yang solid mendorong dolar mencapai level tertinggi dua bulan di tengah meningkatnya ekspektasi bahwa Federal Reserve AS dapat menaikkan suku bunga lagi pada Juni.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni kehilangan 0,97 dolar AS atau 1,33 persen, menjadi menetap di 71,86 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli tergelincir 1,10 dolar AS atau 1,43 persen, menjadi ditutup pada 75,86 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Dolar AS naik ke level tertinggi sejak 17 Maret terhadap sekeranjang mata uang didorong data yang menunjukkan klaim pengangguran awal yang lebih rendah dari perkiraan dan optimisme tentang kemungkinan kesepakatan plafon utang.
Dolar yang lebih kuat dapat membebani permintaan minyak karena membuat bahan bakar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Meningkatnya kemungkinan kenaikan suku bunga lainnya oleh Federal Reserve pada Juni juga meredam sentimen pasar dan prospek permintaan minyak.
Kabar baik bagi perekonomian kini menjadi kabar buruk bagi prospek permintaan minyak mentah karena ketahanan ekonomi akan memaksa Fed untuk mematikan ekonomi, kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, pemasok layanan perdagangan multi-aset daring.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Minyak jatuh karena kekhawatiran kenaikan suku bunga, dolar yang kuat