Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyatakan siap menyukseskan pelaksanaan Pekan Imunisasi Dunia (PID), yang acara puncaknya akan dilaksanakan pada pekan keempat bulan Mei 2023 dengan mengusung tema The Big Catch Up, dengan merangkul masyarakat untuk melakukan imunisasi seoptimal mungkin agar kekebalan kelompok tercapai.
"Di Indonesia tema PID berbeda dengan negara lainnya, yakni Ayo Lindungi Diri Sendiri, Keluarga dan Masyarakat dengan Imunisasi Lengkap," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, dr. R. Nina Susana Dewi, pada acara Japri (Jabar Punya Informasi) Vol. 121 "Pekan Imunisasi Dunia", di Aula Timur Gedung Sate Kota Bandung, Rabu.
Menurut Nina, imunisasi itu harus lengkap diikuti, makanya kalau ada anak yang imunisasi nya tidak lengkap maka harus dikasih tahu dan didorong untuk melakukan imunisasi.
"Jadi semua perintah terkait imunisasi harus kita laksanakan, kita dukung. Pemerintah Provinsi Jawa Barat siap melakukan koordinasi secara Pentahelix dengan lintas sektoral untuk melaksanakan imunisasi," kata dia.
"Hal itu yang kita inginkan, agar dengan PID ini imunisasi anak Indonesia khususnya di Jawa Barat bisa setinggi mungkin dari yang ditargetkan," lanjut dia.
Dia menjelaskan alasan mengapa imunisasi penting yakni karena kalau tidak diimunisasi tubuh bisa sakit karena penyakit yang sebetulnya bisa dicegah dengan imunisasi.
"Misalnya kemarin di Purwakarta, meski hanya satu kejadian tapi karena Polio itu sudah tidak sejak tahun 2014 lalu muncul kembali, makanya langsung dinyatakan KLB. Kita menginginkan anak di Jawa Barat lengkap imunisasinya sehingga tidak terkena penyakit," kata Nina.
Ia menyebutkan, Pekan Imunisasi Dunia (PID) di Jawa Barat puncaknya akan diselenggarakan pada 13 Mei di Bio Farma, untuk semua jenis imunisasi.
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengampanyekan untuk mengejar ketertinggalan imunisasi rutin yang pelaksanaannya sempat terkendala selama berlangsungnya pandemi COVID-19.
"Bagaimana kita sedang secara masif, melakukan pengembalian. Kita mengejar ketertinggalan kita, istilahnya imunisasi kejar. Bagaimana selama dua tahun ini, kita kembali lagi mengejar imunisasi rutin yang sudah didapatkan selama dua tiga tahun pandemi," kata Konsultan Vaccination Technical Officer Covid-19, Imunisasi Rutin, SIA and VPD Surveillance WHO Indonesia, Wildan Mochamad Ridho.
Dia menuturkan secara global selama pandemi COVID-19 banyak anak yang tidak diimunisasi.
Selain itu, kondisi pasca pandemi COVID-19 menyebabkan ada beberapa penyakit yang muncul, seperti belum lama ini di Kabupaten Purwakarta ditemukan kasus Polio.
"Padahal, sejak tahun 2014 lalu, Indonesia sudah terbebas dari polio. Makanya ketika muncul kasus di Purwakarta, statusnya langsung KLB," kata dia.
Oleh sebab itu WHO mengusung tema dalam Pekan Imunisasi Dunia (PID) WHO ini " The Big Catch Up", yang artinya saat ini WHO sedang secara masif dan intensif melakukan pengembalian imunisasi.
"Yakni mengejar ketertinggalan imunisasi yang terlewat selama COVID-19 dua hingga tiga tahun kemarin," kata Wildan.
Ia mengatakan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) untuk mengantisipasinya harus dengan imunisasi.
Oleh sebab itu, ada beberapa program pemerintah untuk melaksanakan imunisasi, di antaranya pekan Imunisasi Nasional (PIN) atau Bulan Imunisasi Nasional (Bian) karena penyakit ini akan menjadi ancaman bagi anak usia 0 sampai 59 bulan.
Jika dibiarkan atau imunisasinya tidak lengkap khawatir akan menimbulkan wabah.
"Jika didiamkan maka akan menyebabkan kematian. Hal ini yang harus kita hindari," katanya.
Dia mengatakan di antara penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah difteri, campak, rubella, polio, dan lain-lain.
Dia mencontohkan, jika anak terkena campak rubella, maka ia akan terjangkit penyakit komplikasi seperti radang otak, radang paru, dan rentan terhadap kematian.