New York (ANTARA) - Harga minyak mentah berjangka turun lebih dari dua persen pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB) karena kekhawatiran atas resesi dan dolar yang lebih kuat melebihi harapan permintaan China yang lebih tinggi dan stok minyak mentah AS yang lebih rendah.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni anjlok 1,69 dolar AS atau 2,15 persen menjadi menetap di 77,07 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangja Brent untuk pengiriman Juni merosot 1,96 dolar AS atau 2,37 persen menjadi ditutup pada 80,77 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Kekhawatiran atas sektor perbankan dan kenaikan suku bunga membebani pasar saham dan harga energi pada Selasa (25/4/2023) dengan dolar AS mencatatkan kenaikan yang kuat.
Harga minyak merosot karena dolar menguat dan sinyal permintaan minyak mentah sebagian besar tetap bearish karena pemasok jasa-jasa minyak Halliburton mengisyaratkan bahwa pelanggan jelas termotivasi untuk memproduksi lebih banyak minyak dan gas, kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA, pemasok jasa-jasa perdagangan multi-aset daring.
Dolar naik di tengah kekhawatiran yang mendalam tentang pendapatan perusahaan dan ekonomi global. Dolar yang lebih kuat menekan permintaan minyak karena
membuat komoditas lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lain.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Minyak turun tertekan kekhawatiran baru permintaan dan penguatan dolar