New York (ANTARA) - Harga minyak mencatat kerugian besar pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), tertekan kemungkinan dimulainya kembali ekspor minyak dari wilayah semi-otonom Kurdistan Irak melalui terminal minyak Ceyhan Turkiye dan karena dolar AS menguat dan kemungkinan Fed menaikkan suku bunga pada Mei.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei terpangkas 1,69 dolar AS atau 2,05 persen, menjadi menetap di 80,83 dolar per barel di New York Mercantile Exchange. Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni jatuh 1,55 dolar AS atau 1,8 persen, menjadi ditutup di 84,76 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Pemerintah federal Irak dan pemerintah daerah Kurdistan telah menyelesaikan masalah teknis yang penting untuk melanjutkan ekspor minyak kawasan itu melalui pelabuhan Ceyhan di Turkiye, kata sebuah laporan oleh Reuters pada Senin (17/4/2023).
Pelabuhan Ceyhan Turkiye menghentikan pengiriman minyak dari wilayah Kurdistan dan Provinsi Kirkuk pada 25 Maret setelah Kamar Dagang Internasional (ICC) memutuskan bahwa ekspor minyak dari wilayah Kurdistan harus mendapat persetujuan dari pemerintah pusat Irak.
Pasokan minyak mentah di pasar internasional kehilangan sekitar 450.000 barel per hari karena langkah-langkah yang diambil menyusul keputusan ICC.
Pemerintah federal Irak dan pemerintah daerah Kurdistan menandatangani perjanjian pada 4 April untuk melanjutkan ekspor minyak Kurdi melalui Turkiye.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Minyak anjlok terseret prospek lebih banyak ekspor minyak dari Irak