Singapura (ANTARA) - Harga minyak sedikit menguat di perdagangan Asia, Selasa sore, setelah naik selama lima sesi terakhir, karena kekhawatiran tentang terbatasnya kapasitas cadangan di pasar dan ketidakpastian pasokan Rusia mengimbangi data minyak beragam dari importir minyak mentah utama China.
Minyak mentah berjangka Brent sedikit terangkat 18 sen menjadi diperdagangkan di 86,36 dolar AS per barel pada pukul 07.30 GMT, setelah menetap 0,4 persen lebih tinggi pada Senin (6/3).
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik tipis 16 sen menjadi diperdagangkan di 80,62 dolar AS per barel, menyusul kenaikan 1,0 persen di sesi sebelumnya.
Brent dan WTI akan naik untuk sesi keenam, yang bagi Brent akan menjadi rekor terpanjang sejak Mei 2022.
"Kekhawatiran pasokan yang membantu harga minyak lebih tinggi semalam kemungkinan besar berasal dari komentar CEO Chevron bahwa 'tidak banyak kapasitas ayunan' di pasar minyak," kata analis Commonwealth Bank of Australia Vivek Dhar dalam sebuah catatan.
"Kunci yang tidak diketahui untuk tahun 2023 adalah gangguan terhadap ekspor minyak dan produk olahan Rusia," katanya lagi.
Kepala Eksekutif Chevron Corp Mike Wirth mengatakan pada sebuah konferensi di Houston pada Senin (6/3) bahwa kapal yang membawa minyak mentah dan produk Rusia sekarang harus menempuh jarak yang lebih jauh untuk mencapai pasar yang tidak terkena sanksi, sementara persediaan minyak dan pasokan terbatas, membuat pasar global rentan terhadap gangguan pasokan tak terduga.