Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April terangkat 78 sen atau 1,0 persen, menjadi menetap pada 80,46 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei bertambah 35 sen atau 0,4 persen, menjadi ditutup pada 86,18 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Pasar minyak dan logistik ketat serta rentan terhadap gangguan pasokan yang tidak terduga, karena minyak Rusia masih masuk ke pasar, tetapi dengan biaya yang berbeda, kata Kepala Eksekutif perusahaan minyak terkemuka Chevron Corp, Mike Wirth pada konferensi energi CERAWeek.
CEO perusahaan perdagangan Gunvor Torbjorn Tornqvist mengatakan harga minyak mentah mungkin naik pada paruh kedua tahun ini karena permintaan China kembali ke pasar, menambahkan bahwa pasar minyak telah stabil.Minyak juga didukung oleh eksportir minyak mentah utama Arab Saudi yang menaikkan harga minyak mentah ringan unggulan Arab yang dijualnya ke Asia untuk bulan kedua pada April, serta dolar yang lebih lemah.
Greenback yang lebih lemah membuat minyak mentah berdenominasi dolar lebih murah bagi pembeli asing dan meningkatkan permintaan.
Pada awal sesi, kedua harga acuan telah turun lebih dari satu dolar AS per barel setelah China pada Minggu (5/3/2023) menetapkan target pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) 5,0 persen, lebih rendah dari perkiraan untuk tahun ini, dan turun dari target tahun lalu sebesar 5,5 persen. Sumber kebijakan mengatakan kepada Reuters bahwa target dapat ditetapkan setinggi 6,0 persen untuk tahun 2023.
PDB China tumbuh tahun lalu hanya sebesar 3,0 persen. Perdana Menteri Li Keqiang pada Minggu (5/3/2023) mengatakan fondasi untuk pertumbuhan yang stabil perlu dikonsolidasikan, bahwa permintaan yang tidak mencukupi tetap menjadi masalah yang nyata dan ekspektasi investor swasta dan bisnis tidak stabil.