New York (ANTARA) - Harga minyak naik untuk hari ketiga berturut-turut pada akhir perdagangan pada Rabu (Kamis pagi WIB), karena investor merasa lebih nyaman dengan risiko sehari setelah pernyataan ketua Federal Reserve meredakan kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga di masa depan.
Minyak mentah berjangka Intermediate West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret terangkat 1,33 dolar AS atau 1,7 persen, menjadi menetap di 78,47 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April bertambah 1,40 dolar AS atau 1,7 persen, menjadi ditutup pada 85,09 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Komentar dari Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell pada Selasa (7/2/2023) terlihat kurang hawkish daripada yang ditakutkan, meningkatkan selera risiko dan menekan dolar. Mata uang AS yang lebih lemah membuat minyak berdenominasi dolar lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lain.
"Penurunan selera risiko yang sebagian besar tidak sesuai dengan komentar Ketua Fed Powell kemarin, berlaku sama untuk komoditas industri seperti minyak dalam memberikan hambatan yang signifikan terhadap kenaikan harga utama lebih lanjut," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates LLC di Galena, Illinois.
Investor berharap kenaikan suku bunga AS yang tidak terlalu agresif akan membantu ekonomi terbesar dunia itu menghindari perlambatan ekonomi yang tajam atau resesi yang akan memukul permintaan minyak. Sementara itu, berakhirnya pembatasan COVID-19 di China juga diperkirakan akan mendukung permintaan bahan bakar.
"Lonjakan permintaan minyak yang menjulang bersama dengan pertumbuhan pasokan global yang lesu akan memastikan bahwa keseimbangan minyak mengetat selama beberapa bulan mendatang," kata Stephen Brennock dari pialang minyak PVM.