"Ratu Sampah Sekolah" asal Kota Bandung, Amilia Agutin (17) akan berangkat ke Jepang dalam rangka pertukaran pelajar di Gakuen High School, Jepang bersama sejumlah rekannya.
"Ya Ami akan ke Jepang, bersyukur karena merupakan kesempatan untuk bisa mendapatkan pengalaman sekolah di sana," kata Amilia ketika ditemui di sela-sela peluncuran Satu Indonesia Award 2013 yang digelar PT Astra untuk wilayah Jawa Barat.
Gadis peraih Satu Indonesia Award 2010 dalam usia 14 tahun itu bersama tiga temannya akan mengikuti pelajaran di kelas bersama para pelajar Jepang, mempelajari kebudayaan serta melihat langsung pengolahan ampai di Negeri Sakura itu.
"Saya sangat tertarik dengan pengolahan sampah, selama ini saya hanya dengar dari cerita orang lain. Katanya sudah canggih dan berteknologi tinggi, namun saya akan mencari tahu sisi lain daur ulang sampah yang bisa dikelola oleh masyarakat," kata Ami.
Kegiatan sekolah ke Jepang itu, merupakan program dari Dinas Pendidikan Kota Bandung yang akan digelar selama sebulan lebih yakni pada Mei hingga Juni 2013.
"Meski hanya sebulan, namun akan digunakan semaksimal mungkin untuk belajar, juga merintis untuk bisa mendapat kesempatan kuloah di ana," kata Ami yang mengincar bea siswa melanjutkan kuliah di Tokyo University atau Kyoto University itu.
Ami dijuluki Ratu Sampah Sekolah karena perannya sebagai pionir pengembangan pengelolaan sampah untuk menjadi bahan yang bermanfaat dan bisa dijual untuk meningkatkan penghasilan. Ata perannya, ia mendapat apresiasi Satu Indonesia Award 2010 Astra Internasional, yakni penghargaan bagi pionir-pionir muda Indonesia.
Sekarang Ami bersekolah di SMA Negeri 11 Bandung, bersama 28 teman sekolahnya ia membentuk kelompok yang diberinama Bandung Becerita. Gadis asal Rancamanyar Kabupaten Bandung itu memfokukan kegiatannya pada pengelelolaan ampah di luar sekolah, mereka juga aktif mencari generasi muda yang peduli terhadap lingkungan dan komponen alamnya lewat kegiatan mengajar tentang lingkungan.
Kepeduliannya terhadap lingkungan dan alam yang cukup memakan waktu kesehariannya, tidak membuat prestasinya menurun, bahkan di sekolahnya ia juara kelas. Komitmen kepada lingkungan cukup kuat dan menyadarkan sebayanya bahwa merawat lingkungan bukan monopili orang dewasa.
"Saya selalu terdorong untuk membentuk komunitas untuk memanfaatkan sampah, termasuk dalam program 'go to school zero waste school," katanya.
Ia mengakui kegiatannya tersebut cukup menyita waktu, namun ia menikmatinya. Bahkan ia juga merasa harus tetap menyelamatkan masa-masa remajanya agar tidak terlewatkan begitu saja.
"Ya terkadang saya terlalu asyik dan lupa bermain, namun karena semuanya sebaya, kegiatan itu dianggap permainan saya sehari-hari. Orang tua sangat mendukung," kata gadis berambut sebahu itu.
Sementara itu Head Public Relation Astra International, Yulian Warman menyatakan terkesan dengan kiprah gadis kelas II SMA tersebut yang terus mengembangkan kiprahnya dalam pemberdayaan masyarakat di bidang lingkungan.
"Usianya masih kecil namun ia punya visi tentang pemanfaatan sampah yang begitu kuat, ia tidak berhenti namun terus menggulirkan programnya," kata Yulian Warman.
Astra International memberikan bantuan dana keberlansungan program yang dilakukan para pionir muda senilai Rp55 juta kepada penerima Satu Indonesia Award yang digelar setiap tahun.
"Sudah tiga kali Satu Indonesia Award digulirkan, sejak 2010. Setiap tahun ada lima pemenang penghargaan itu yang diseleksi secara bertingkat dan ketat," kata Yulian Warman menambahkan.***4***