Jakarta (ANTARA) - Direktur Equator Swarna Capital Hans Kwee memprediksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan cenderung tertekan pada semester I 2023, namun bisa bangkit pada semester berikutnya dan mencapai level 7.500.
"Saya pikir indeks bisa 7.400-7,500 di akhir tahun karena di semester II kemungkinan indeks akan reli lagi naik ke atas, tapi semester I ini mungkin agak volatile," ujar Hans saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Aktivitas pasar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang tahun lalu tumbuh positif, tercermin dari kinerja IHSG yang mencapai 6.850,62 pada akhir tahun 2022, meningkat 4,09 persen dari posisi akhir tahun sebelumnya, meski lebih rendah dari 2021 yang tumbuh 10,1 persen.
Saat ini IHSG berada di level 6.670, menurun 2,69 persen dibandingkan posisi pada akhir Desember 2022 lalu (year to date/ytd).
"Sebenarnya tahun lalu kita berprestasi bagus sih indeks Indonesia. Tahun ini sebenarnya pasar cukup positif karena The Fed itu diperkirakan mencapai puncak suku bunga. Jadi mungkin ada kenaikan 50 sampai 100 basis poin dan pasar berharap The Fed segera menurunkan suku bunga setelah itu," kata Hans.
Kendati demikian, lanjutnya, memang ada faktor di luar perkiraan pelaku pasar yaitu China yang tiba-tiba mencabut kebijakan ketat anti-COVID di tengah lonjakan kasus di negara tersebut.
"Memang ada faktor yang agak di luar prediksi yaitu China yang mendadak mengubah kebijakannya tentang zero COVID di Desember. Ia membuka diri sehingga terjadi balancing portfolio. Makanya di Desember kita gak ada Santa Claus Rally, terlihat ada dana asing yang keluar dari pasar kita," ujar Hans.