New York (ANTARA) - Harga minyak menguat pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), didukung oleh penurunan persediaan minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan, ketika aset-aset berisiko lainnya turun menyusul kenaikan suku bunga keempat Federal Reserve tahun ini.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember terangkat 1,63 dolar AS atau 1,8 persen, menjadi menetap di 90 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Januari, bertambah 1,51 dolar AS atau 1,6 persen, menjadi ditutup pada 96,16 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Pasar didukung oleh penurunan lain dalam persediaan minyak AS karena kilang-kilang meningkatkan aktivitas menjelang musim dingin.
Badan Informasi Energi AS (EIA) melaporkan pada Rabu (2/11/2022) bahwa persediaan minyak mentah komersial negara itu turun 3,1 juta barel selama pekan yang berakhir 28 Oktober. Analis yang disurvei oleh S&P Global Commodity Insights memperkirakan pasokan minyak mentah AS akan menunjukkan penurunan 1,6 juta barel.
Menurut EIA, total stok bensin motor turun 1,3 juta barel pekan lalu, sementara persediaan bahan bakar sulingan naik 0,4 juta barel.
Pedagang juga melihat ke Federal Reserve yang menaikkan suku bunga 75 basis poin pada Rabu (2/11/2022) untuk menurunkan inflasi konsumen yang telah mencapai level tertinggi empat dekade, meskipun bank sentral mengisyaratkan kenaikan di waktu mendatang mungkin dalam peningkatan yang lebih kecil.
Pasar minyak mempertahankan reli bahkan ketika saham jatuh dan dolar menguat setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan terlalu dini untuk berpikir tentang menghentikan kenaikan suku bunga.