New York (ANTARA) - Harga minyak merosot hampir dua persen pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), menghentikan kenaikan lima sesi berturut-turut, karena investor khawatir bahwa awan badai ekonomi dapat menandakan resesi global dan mengikis permintaan bahan bakar.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember kehilangan 1,73 dolar atau 1,8 persen, menjadi ditutup pada 96,19 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November tergelincir 1,51 dolar AS atau 1,6 persen, menjadi menetap di 91,13 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Kedua harga acuan telah meningkat selama minggu sebelumnya sebagian besar karena ekspektasi pengetatan pasokan global.
Kekhawatiran tentang permintaan di tengah meningkatnya risiko resesi dan apresiasi tajam dolar AS terus membebani pasar.
Pekan lalu, harga minyak menuai keuntungan yang signifikan, didukung oleh pengurangan produksi besar-besaran oleh produsen utama. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, sepakat untuk mengurangi produksi sebesar 2 juta barel per hari mulai November.
Harga minyak turun di tengah komentar dari pejabat Federal Reserve AS tentang kenaikan suku bunga dan pengaruhnya terhadap perekonomian.
Wakil Ketua Fed Lael Brainard mengatakan ekonomi mulai merasakan kebijakan moneter yang lebih ketat, tetapi beban penuh dari kenaikan suku bunga bank sentral tidak akan terlihat selama berbulan-bulan.