Bandung, 31/1 (ANTARA) - Satrawan dan budayawan Sunda, Ajip Rosidi dikukuhkan menjadi doktor kehormatan atau honoris causa dalam Bidang Ilmu Budaya Fakultas Sastra dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Kota Bandung, Senin.
Penyerahan gelar doktor kehormatan ilmu budaya dan sastra itu dilakukan oleh Rektor Universitas Padjadjaran Prof Dr Ganjar Kurnia pada Sidang Terbuka Komisi Guru Besar Senat Unpad di Graha Sanusi Unpad Jalan Dipatiukur Kota Bandung.
Berbeda dengan sidang terbuka penyerahan doktor lainnya, pada penyerahan doktor kehormatan untuk Ajip Rosidi dilakukan dalam Bahasa Sunda.
Suasana sidang benar-benar berlangsung lain dari yang lain karena menggunakan Bahasa Ibu warga di Jawa Barat. Sekitar 500 tamu undangan hadir pada acara pengukuhan guru besar kehormatan bagi mantan Pimpinan Redaksi HU Suluh Pelajar dan Jurnal Prosa pada tahun 1950-an itu.
Secara khusus mantan Rektor Unpad dan mantan Menteri Luar Negeri Mochtar Kusumahatmadja juga hadir pada acara pengukuhan dokter kehormatan bidang ilmu bidaya itu.
Bahkan, kehadiran Mochtar Kusumahatmadja membuat Ajib sempat terisak haru di awal orasinya di hadapan sidang terbuka Senat Unpad itu.
"Saya sangat senang dan terharu karena acara ini dihadiri oleh Pak Mochtar Kusumahatmadja," kata Ajip Rosidi yang melahirkan karya sastra pertamanya pada usia 17 tahun itu.
Sementara itu dalam orasinya, Ajip Rosidi menyampaikan dalam Bahasa Sunda dengan judul "Urang Sunda di Lingkungan Indonesia" (Warga Sunda di Lingkungan Indonesia).
Dalam orasinya, pria yang sempat menetap di Jepang itu memaparkan peranan warga Sunda dalam kiprah perjuangan dan andilnya dalam memajukan bangsa baik disektor budaya, politik maupun pemerintahan.
Di lingkungan nasional Indonesia, kata Ajip, jarang sekali ada urang Sunda yang muncul, tidak seimbang dengan jumlah warga Sunda yang menjadi nomor dua diantara mereka yang membangun Bangsa Indonesia," kata Ajip yang disampaikannya dalam Bahasa Sunda.
"Tidak ada warga Sunda yang jadi presiden, yang jadi wapres juga hanya seorang dan tidak memperlihatkan prestasi yang memberikan kebanggaan karena hanya diposisikan sebagai 'ban serep'," kata Ajip.
Pada kesempatan itu, Ajip memaparkan keprihatinannya menyusul masih kurang maksimalknya warga Sunda dalam mengoptimalkan potensinya. Meski demikian, ia juga memotivasi dengan memaparkan sejumlah tokoh Sunda berpengaruh di tingkat kepemimpinan nasional.
"Kewajiban kita saat ini mengupayakan agar generasi muda Sunda yang akan berbicara di tingkat nasional perlu dibekali dengan pengetahuan kepada sejarah dan budaya Sunda yang cukup dan kebanggaan kepada budaya Sunda," kata Ajip.
Mantan Pemred Majalah Budaya Jaya itu menyebutkan, warga Sunda perlu mencontoh Bangsa Palestina, meski seumur hidup di pengungsian, namun tidak lupa pada didikan yang mampu memperlihatkan prestasi di zaman modern.
Sementara itu, Rektor Unpad Prof Dr Ganjar Kurnia menyebutkan, Ajip Rosidi merupakan sosok "warga Sunda modern". Rektor secara khusus menyampaikan panggilan Kang Ajip Rosidi.
"Tulisan Kang Ajip mengenai Sastra Sunda, pemikiran dan kritikan atau ulasan mengalir terus hingga saat ini. Karya yang ditulis Kang Ajip pada usia 18-30 tahun, substansinya masih tetap 'up to date' hingga hari ini," kata Ganjar.
Meski Ajip Rosidi telah berkecimpung di dunia nasional dan internasional, namun ciri dan kiprahnya dalam kesundaan tidak pernah surut.
"Kiprahnya di dunia nasional dan internasional justeru memberikan kontribusi yang lebih positif terhadap kesundaan," kata Rektor Unpad itu menambahkan.
Syarif A
AJIP ROSIDI DOKTOR KEHORMATAN ILMU BUDAYA UNPAD
Senin, 31 Januari 2011 12:31 WIB