Cibinong, Bogor (ANTARA) - Bupati Bogor, Ade Yasin terus mendorong para petani kopi di wilayahnya agar terus menghasilkan biji kopi yang berkualitas, sehingga menjadi produk unggulan di tingkat nasional.
"Kita akan terus bina dan dorong agar kualitasnya bisa lebih baik," ungkapnya di Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Selasa.
Menurut dia, salah satu kopi terbaik di wilayahnya berasal dari Kecamatan Megamendung yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Bumdes tersebut dianggap aktif memberikan pelatihan kepada para petani kopi.
Ade Yasin mengakui bahwa pelatihan para petani kopi juga harus disertai dengan sarana prasarana penunjang seperti alat pengolah kopi modern dan cara pemasaran yang baik.
"Saya juga apresiasi dengan keterampilan mereka yang seadanya saja bisa mengolah biji kopi, sehingga menjadi green bean dan roasted yang bernilai ekonomi tinggi," kata Ade Yasin.
Ia juga mengaku bangga atas keberhasilan Bumdes Megamendung dalam mengembangkan bisnis kopi yang telah diganjar penghargaan Patriot Desa oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.
"Semoga ini menjadi motivasi dan pemacu untuk terus meningkatkan kualitas kopi Bogor, sehingga bisa bersaing di pasar bebas dengan produk unggulan Kabupaten Bogor," tuturnya.
Dirinya menyebutkan bahwa petani Kabupaten Bogor kini mampu memproduksi kopi robusta seberat 4.004 ton dalam setahun, melebihi angka target tahunan yang hanya 3.000an ton.
Padahal, target produksi kopi robusta di Kabupaten Bogor yang sudah diproyeksikan hingga tahun 2023 yaitu hanya 3.726 ton setahun.
Tak hanya kopi robusta, petani di Kabupaten Bogor juga menghasilkan jenis kopi lainnya, yakni arabika sebanyak 473 ton dan seberat 542 ton.
"Kabupaten Bogor sangat kaya akan kekayaan alamnya, tanah-tanah yang subur dapat diolah untuk pertanian dan perkebunan. Sistem dan teknologi bidang pertanian yang kita edukasikan terus juga membuahkan hasil," terangnya.
Baca juga: Produksi kopi robusta Kabupaten Bogor capai 4.004 ton
Baca juga: Polres Bogor gandeng kelompok tani Mulyasari kelola kopi
Baca juga: Petani khawatir peningkatan konsumsi kopi malah berujung impor