Jakarta (ANTARA) - Akademisi IPB University Anita Ristianingrum memberikan pelatihan pengembangan produk teh krisan bagi petani krisan di Kampung Kingkung, Cianjur, Jawa Barat, untuk meningkatkan permintaan atau penjualan.
"Untuk meningkatkan permintaan, kami memproduksi teh krisan dalam bentuk bunga yang dikeringkan. Dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan penjualan dengan kualitas yang unggul," ujar Anita dalam keterangan resmi IPB University yang diterima di Jakarta, Minggu.
Langkah itu dilakukan, katanya, ketika bisnis bunga krisan potong mengalami penurunan secara drastis pada masa awal pandemi COVID-19.
Menurut dia, hal tersebut dipicu adanya perlakuan pembatasan berskala besar di setiap daerah dan dilarangnya kegiatan perayaan atau acara-acara yang pada umumnya menggunakan bunga krisan sebagai dekorasinya.
Penurunan permintaan itu, kata Anita, berdampak pada petani krisan yang membuang begitu saja hasil panennya. Petani krisan juga mengalami kerugian besar.
Dosen dari Sekolah Vokasi IPB University itu menjelaskan sebelumnya Rachmat Purnama Farm dan kelompok tani binaannya itu telah melakukan pengolahan teh krisan dalam bentuk alami, meski permintaan masih sedikit.
Untuk meningkatkan permintaan, Anita bersama timnya membantu pengembangan produk agar sesuai dengan selera konsumen dan juga dilakukan dengan menerapkan strategi pemasaran.
Strategi pemasaran yang dapat dilakukan Rachmat Purnama Farm adalah produk harus memenuhi standar. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk memenuhi standar itu, antara lain pengolahan sesuai kemasan pangan dan mempertahankan manfaat teh krisan bagi kesehatan dengan bentuk rasa dan aroma yang sesuai dengan keinginan konsumen.
Selain itu, menurut Anita, desain dan warna kemasan harus menarik dengan ukuran yang sesuai.
"Merk dan logo juga harus menarik dan sesuai target pasar. Kemasan juga harus mencantumkan label yang berisi komposisi, tanggal produksi dan expired, isi, serta nama perusahaan," ujar Anita.
Agar dapat dipercaya konsumen, katanya, maka perlu mencantumkan izin dan label halal. Dia juga menyarankan supaya penetapan harga harus menutup biaya produksi, berdasarkan kualitas produk, target keuntungan serta memperhitungkan harga pesaing.
Dalam menentukan tempat distribusi harus mudah didapat konsumen, yaitu di minimarket, supermarket dan marketplace/e-commerce sesuai dengan target pasar.
"Promosi harus memberi informasi dan menarik agar konsumen bersedia membeli sesuai target konsumen. Promosi dapat dilakukan melalui website dan media sosial," ujarnya.
Baca juga: Guru Besar IPB kembangkan inovasi olah sampah tanpa bau "BakPo SABDO"
Baca juga: Alumnus IPB pendiri dua perusahaan berbagi ilmu soal pupuk