Bandung, 1/11 (ANTARA) - Produk garmen asal China masih mendominasi pasar untuk menengah ke bawah dan membuat barang lokal sulit bersaing, kata Sekretaris Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Kevin Hartanto.
"Dengan harga yang lebih rendah membuat produk garmen lokal sulit bersaing di pasar itu," kata Kevin Hartanto, di Bandung, Senin.
Menurut Kevin, produk garmen asal negeri Tirai Bambu itu masuk ke pasar di tanah air baik secara sah maupun tidak, dengan volume besar dibanding dari negara produsen garmen lainnya, seperti Korea dan India.
Dia mengatakan, produksi garmen di China tidak ada tanda-tanda terpengaruh oleh rencana kebijakan pemindahan sejumlah produsennya ke Indonesia.
"Ekspor garmen untuk pasar menengah ke bawah saat ini jelas sudah dikuasai China. Sulit bersaing bagi produsen lokal yang harganya lebih tinggi," katanya.
Meski demikian, kata dia, kehadiran produk garmen dan rencana relokasi pabrik garmen China itu tidak akan berpengaruh terhadap industri garmen yang berorientasi ekspor karena memiliki pasar yang berbeda.
Menurut dia, produk ekspor difokuskan untuk memasok pasar menengah ke atas sehingga tidak terpengaruh oleh produksi garmen China yang lebih cenderung membidik pasar menengah ke bawah.
"Persaingan dan daya saing di pasar memengah ke bawah juga terus diperkuat karena pasar itu tetap sangat potensial bagi pasar produk garmen dalam negeri," kata Kevin.
Di lain pihak, kata dia, ekspor produk garmen Indonesia pada 2010 kembali menggeliat dengan pertumbuhan sekitar 10 persen. Beberapa pasar produk garmen Indonesia antara lain Amerika Serikat dan Timur Tengah.
Pasar tektil dan produk tekstil, termasuk garmen asal Indonesia, sempat terpukul akibat krisis ekonomi dunia pada 2009.
"Pasar AS dan Timur Tengah masih cukup potensial, di samping juga ke Eropa," kata Kevin Hartanto menambahkan.***2***
Syarif A