Jakarta (ANTARA) - Aspirin secara rutin direkomendasikan untuk orang hamil dengan preeklamsia (tekanan darah tinggi selama kehamilan) dan sindrom antifosfolipid (kelainan autoimun yang menyebabkan pembekuan darah).
"Preeklamsia dapat berdampak pada pertumbuhan bayi dan berakibat fatal bagi ibunya," ujar dokter spesialis obstetri dan ginekologi dr Manggala Pasca Wardhana, SpOG(K) dari Himpunan Kedokteran Fetomaternal Surabaya dalam webinar terkait pencegahan dan tatalaksana preeklampsia pada Jumat.
Sementara itu sindrom antifosfolipid dapat menyebabkan keguguran, dan dapat memicu potensi preeklampsia.
Manggala menjelaskan bahwa aspirin adalah obat yang juga berfungsi sebagai pengencer darah, sehingga mampu meningkatkan aliran darah melalui plasenta.
"Aspirin seringkali diberikan pada pasien penyakit jantung, namun obat ini sangat direkomendasikan pada ibu hamil untuk mencegah terjadinya preeklampsia," jelas Manggala.
Permasalahan yang kerap terjadi dikatakan Manggala, ibu hamil kadang lalai dalam konsumsi aspirin karena menganggap aspirin adalah obat penyakit jantung. Padahal meskipun diberikan dalam dosis rendah, aspirin merupakan salah satu obat yang sangat dibutuhkan untuk dikonsumsi ibu hamil.
Dilansir dari laman Healthline, aspirin pada ibu hamil tidak hanya membantu mencegah preeklampsia dan sindrom antifosfolipid, namun juga dapat meningkatkan hasil kehamilan untuk orang yang sebelumnya mengalami keguguran. Hal itu tertuang dalam sebuah studi baru dari American College of Physicians.
Laporan yang diterbitkan dalam Annals of Internal Medicine pada Januari 2021, menemukan bahwa manfaat konsumsi aspirin dosis rendah akan lebih terasa pada perempuan yang sedang melakukan program kehamilan, atau sebelum pembuahan terjadi.
Kendati demikian, aspirin tidak disarankan untuk semua orang karena meningkatkan risiko pendarahan, jadi penting untuk membicarakan dengan dokter tentang manfaat dan risiko terapi aspirin dosis rendah sebelum mencoba metode ini.
Baca juga: Dokter minta ibu hamil tidak khawatir melahirkan saat pandemi corona
Baca juga: IDI sebut belum ada penelitian dampak vaksin corona pada ibu hamil
Baca juga: Vaksinasi COVID-19 bagi ibu hamil belum dianjurkan