Bandung, 10/9 (ANTARA) - Indonesia yang merupakan masyarakat religius sepantasnya membangun karakter bangsa dilakukan dengan menggunakan pendekatan 'Rabbani'.
"Ramadhan sebagai sebuah madrasah Ilahiah untuk menempa setiap hamba, hingga menjelma menjadi pribadi dengan karakter taqwa dengan potret hidup karakter yang berkesinambungan. Sudah selayaknya menempati posisi penting dalam upaya pembentukan karakter bangsa," kata Gubernur Jawa Barat H Ahmad Heryawan dalam khutbah Idul Fitri 1431 H di Lapangan Gasibu Kota Bandung, Jumat.
Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1431 H menjadi momentum bagi bangsa Indonesia, sebagai peretas jalan untuk membangun kembali kekuatan karakter bangsa.
Selain itu dengan izin Allah SWT, kata dia diharapkan menghantarkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang bermartabat, melalui bangsa yang memiliki karakter pekerja keras, santun, peduli dan empati dalam kehidupan keseharian.
Menurut Heryawan, Ramadhan setidaknya menempatkan empat buah peran dalam kerja besar membentuk karakter bangsa.
Ramadhan merupakan jalan untuk kembali mendekatkan kita kepada sumber kekuatan. Kekuatan kepribadian seseorang yang bersumber dari kedekatan dengan Sang Pencipta, akan membuat seseorang siap menghadapi ujian apapun dalam hidup, dan akan mengobarkan semangat luar biasa dalam mengejar cita-cita.
"Ramadhan sesungguhnya sebuah sarana bagi munculnya sumber energi diri, untuk mengejar cita-cita kehidupan ini," katanya.
Ibadah inti dari Ramadhan adalah sebuah bentuk penegasan supremasi keridhlaan Ilahi (supremasi nurani) di atas seluruh kepentingan jasad. Seseorang yang berkarakter, tentu akan menempatkan ruhnya di atas jasadnya.
Seseorang yang mampu menempatkan keridhaan Ilahi pada prioritas pertama hidupnya, akan memiliki daya besar untuk terhindar dari prilaku serakah, kecurangan dan kesewenangan terhadap orang lain serta menuntun untuk mampu memilih jalan kebenaran dan meninggalkan jalan kebatilan.
Ramadhan merupakan sebuah arena pembiasaan diri untuk memberi kendali terhadap hasrat kebendaan. Ibadah puasa merupakan cara Allah, untuk membiasakan kita hidup dalam kesederhanaan dan menjauhi kemewahan. Terbiasa memiliki kendali terhadap kebutuhan materi, akan membuat seseorang dapat konsisten dalam jalan kebenaran.
"Kesederhanaan bukanlah berarti bermalas-malasan, tapi justru sebaliknya ketakwaan seseorang mensyaratkan adanya etos kerja yang luar biasa dari seorang muslim," kata Heryawan.
Keempat, kata Heryawan Ramadhan mengasah kepekaan hati agar kita dapat bersimpati dan berempati terhadap penderitaan orang lain, mengarahkan untuk senantiasa menebar kebaikan kepada sesama manusia, terutama kepada orang-orang yang hidup dalam kondisi serba kekurangan dan kesulitan.
"Kepekaan hati terhadap penderitaan orang, diharapkan mampu menjadi sumber motivasi untuk gigih berjuang dalam mengentaskan berbagai persoalan kehidupan masyarakat," kata Ahmad Heryawan menambahkan.***3***