Ngamprah, 26/7 (ANTARA) - Solidaritas masyarakat anak mengimbau Pemkab Bandung Barat untuk lebih peduli terhadap kinerja dan aksi nyata para kader posyandu di Kabupaten Bandung Barat .
Ketua solidaritas masyarakat anak (SMAK) Nandang Cahyono, Senin, menyatakan keprihatinannya itu berdasarkan fakta yang ada bahwa Pemkab Bandung Barat hanya mengalokasikan dana Rp15 ribu perbulan per posyandu. Padahal setiap posyandu menangani banyak balita dan harus memenuhi kebutuhan gizi mereka.
"Setelah kami hitung ternyata, per balita itu dijatah hanya Rp 200. Uang segitu saat ini cukup untuk apa dan mana mungkin bisa meningkatkan gizi calon generasi masa depan bangsa," kata Nandang saat menggelar acara Festival Makanan Sehat Murah dan Kampanye Kesehatan Anak di Desa Kertajaya Kecamatan Padalarang.
Ditegaskannya pula, Peran serta kader posyandu dalam upaya peningkatan status gizi balita melalui upaya penyuluhan kesehatan merupakan hal yang sangat penting guna mendukung program pemerintah untuk mengatasi gizi buruk pada anak agar tidak bertambah.
"Selama ini posyandu hanya memperhatikan pertumbuhan anak saja. Kini, setelah kita sentuh mereka menjadi lebih perhatian juga pada perkembangan anak. Bahkan kader PKK yang ada di desa ini telah mempunyai hasil riset bahwa orang gizi buruk tidak selamanya miskin. Makanya mereka pun mempunyai formulasi tentang kesehatan hasil temuan kader PKK," tandasnya.
Menurutnya,kurangnya asupan gizi bisa disebabkan oleh terbatasnya jumlah makanan yang dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan karena alasan sosial dan ekonomi yakni kemiskinan.
"Sedangkan malnutrisi yang terjadi akibat penyakit disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ tubuh sehingga tak bisa menyerap zat-zat makanan secara baik," cetusnya.
Faktor ketersediaan pangan, sambungnya, yang bergizi dan terjangkau oleh masyarakat menjadi unsur penting dalam pemenuhan asupan gizi yang sesuai di samping perilaku dan budaya dalam pengolahan pangan dan pengasuhan asuh anak.
"Pengelolaan lingkungan yang buruk dan perawatan kesehatan yang tidak memadai juga menjadi penyebab turunnya tingkat kesehatan yang memungkinkan timbulnya beragam penyakit," tandasnya.
Masalah gizi buruk dan kekurangan gizi telah menjadi keprihatinan dunia sebab penderita gizi buruk umumnya adalah balita dan anak-anak yang tidak lain adalah generasi generus bangsa.
Kasus gizi buruk merupakan aib bagi pemerintah dan masyarakat karena terjadi di tengah pesatnya kemajuan zaman.
"Oleh karenanya, kita harapkan tidak ada lagi pemerintah daerah yang tidak memperdulikan peran serta dan pentingnya posyandu," katanya menanbahkan. ***3***