New York (ANTARA) - Harga minyak beragam pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), setelah kenaikan kuat pekan lalu, saat penguncian virus corona yang ketat di seluruh dunia memperbarui kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar global, sementara dolar AS yang lebih kuat juga menekan harga.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret, terpangkas 33 sen menjadi menetap di 55,66 dolar AS per barel, setelah memantul dari terendah sesi 54,99 dolar AS. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari naik tipis satu sen, menjadi ditutup di 52,25 dolar AS per barel.
"Kekhawatiran baru tentang permintaan karena jumlah kasus baru corona yang sangat tinggi dan pembatasan mobilitas lebih lanjut, ditambah dolar AS yang lebih kuat, menghasilkan tekanan jual," kata analis Commerzbank, Eugen Weinberg.
Kasus virus corona di seluruh dunia telah melampaui 90 juta, menurut penghitungan Reuters.
Terlepas dari penguncian-penguncian nasional yang ketat, Inggris menghadapi minggu-minggu terburuk pandemi dan di Jerman kasus-kasus masih meningkat.
China Daratan mengalami peningkatan harian terbesar dalam infeksi virus dalam lebih dari lima bulan, kata pihak berwenang, ketika infeksi baru meningkat di Hebei, yang mengelilingi ibu kota, Beijing. Di Shijiazhuang, ibu kota provinsi dan pusat penyebaran baru, orang dan kendaraan dilarang pergi, ketika pihak berwenang berusaha mengendalikan penyebaran.
Dolar yang lebih kuat, didukung oleh harapan akan lebih banyak stimulus untuk meningkatkan ekonomi terbesar dunia, juga membebani harga minyak. Minyak biasanya dihargai dalam dolar, jadi dolar yang lebih kuat membuat minyak mentah lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lain.
Kerugian Senin (11/1/2021) mengikuti minggu yang kuat untuk harga minyak. Brent dan WTI naik sekitar delapan persen minggu lalu, didukung oleh janji Arab Saudi untuk pengurangan produksi minyak sukarela sebesar satu juta barel per hari (bph) pada Februari dan Maret sebagai bagian dari kesepakatan bagi sebagian besar produsen OPEC+ untuk mempertahankan produksi tetap stabil.
"Meskipun harga minyak turun hari ini, langkah Saudi masih menahannya pada level yang cukup tinggi," kata Bjornar Tonhaugen, kepala pasar minyak Rystad Energy. "Hari ini koreksi tidak besar-besaran, melainkan penyesuaian logis yang disebabkan oleh beberapa sinyal permintaan bearish dan penguatan dolar AS."
Pemotongan pasokan Saudi diperkirakan akan membawa pasar minyak ke dalam defisit untuk sebagian besar 2021 meskipun penguncian menekan permintaan, kata para analis.
Brent bisa naik menjadi 65 dolar AS per barel pada musim panas 2021, kata Goldman Sachs, didorong oleh pemotongan Saudi dan implikasi peralihan kekuasaan ke Demokrat di Amerika Serikat.
Baca juga: Minyak jatuh saat kasus Covid-19 di China meningkat
Baca juga: Harga minyak sentuh tertinggi 11 bulan setelah Saudi janji pangkas produksi
Baca juga: Harga minyak melonjak ke tertinggi 10-bulan setelah Saudi pangkas produksi