Jakarta (ANTARA) -
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM yang juga sebagai Pelaksana Tugas Dirjen Migas Ego Syahrial mengungkapkan bahwa konverter kit yang akan dibagikan kepada nelayan dibatasi sekitar 60 orang per hari per lokasi titik serah.
Tahapan pendistribusian dibagi menjadi dua sesi, sehingga nelayan yang hadir terpecah menjadi 30 orang tiap sesi. "Harus dipastikan pelaksanaan pendistribusian paket perdana Konversi BBM ke BBG untuk Nelayan Sasaran menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19, seperti memakai masker, menjaga jarak fisik dan pengecekan suhu tubuh nelayan," pesan Ego yang disampaikan secara virtual dihimpun Antara di Jakarta, Sabtu.
Lebih lanjut Irine Yulianingsih selaku Pejabat Pembuat Komitmen menjelaskan, apabila nelayan calon penerima paket tidak dapat hadir maka dapat diwakilkan kepada salah satu anggota keluarga yang namanya tercantum di dalam Kartu Keluarga (KK). Perwakilan keluarga yang hadir harus membawa kelengkapan dokumen seperti Surat Kuasa dan KTP, Kartu KUSUKA pemberi kuasa, kapal nelayan pemberi kuasa dan mesin lama nelayan yang bersangkutan. Selain itu, di titik lokasi distribusi akan diatur agar setiap orang menjaga jarak minimum 1 meter dan selalu memakai masker.
Program Konversi BBM ke BBG untuk Nelayan Sasaran merupakan salah satu upaya Pemerintah melakukan diversifikasi energi yaitu menyediakan alternatif energi yang dapat digunakan, lebih ramah lingkungan dan sudah dikenal masyarakat.
Pembagian paket perdana konverter kit BBM ke LPG terdiri atas beberapa komponen yaitu mesin penggerak, konverter kit, 2 buah tabung LPG 3 kg, as panjang, baling-baling, serta aksesoris pendukung lainnya (reducer, regulator, mixer, dll). Pemanfaatan LPG sebagai bahan bakar kapal nelayan berpotensi dimanfaatkan sebagai bahan bakar mesin motor berdaya rendah, yang lebih hemat biaya sehingga lebih ekonomis bagi nelayan.
Penghematan biaya operasional dengan menggunakan LPG berkisar 30-50 persen dan perawatan mesinnya lebih mudah. Selain itu, penggunaan LPG juga mengurangi konsumsi BBM bersubsidi dan mengurangi emisi gas karbon monoksida.
"Pendistribusian paket perdana dalam masa Covid-19 ini memang tidak mudah karena banyak hal yang perlu disesuaikan. Meski demikian, semangat untuk memberikan yang terbaik untuk masyarakat, khususnya nelayan, tetap menyala," tutup Ego.