Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi terkoreksi seiring meningkatnya kekhawatiran penularan COVID-19 yang masih tinggi.
Pada pukul 10.00 WIB, rupiah melemah 25 poin atau 0,17 persen menjadi Rp14.625 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.600 per dolar AS.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin, mengatakan, pagi ini terlihat dolar masih menguat terhadap nilai tukar negara pasar berkembang.
"Karena kekhawatiran pasar masih meninggi terhadap penularan virus COVID-19 di seluruh dunia yang bisa menghambat pemulihan ekonomi global," ujar Ariston.
Ariston menuturkan, beberapa negara melaporkan terjadinya gelombang kedua pandemi COVID-19 seperti di Vietnam, Jepang, China, Hongkong, Australia, dan negara-negara di Eropa, dan lainnya.
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun kembali mendapatkan tekanan yang berarti seiring meningkatnya permintaan terhadap obligasi tersebut.
"Ini mengindikasikan banyak pelaku pasar yang masuk ke aset aman," kata Ariston.
Yield obligasi AS tersebut menyentuh level terendah baru sejak Maret 2020 di 0,522 persen pada akhir pekan lalu.
Ariston memperkirakan rupiah berpotensi bergerak melemah di kisaran Rp14.700 per dolar AS dengan potensi support Rp14.500 per dolar AS.
Pada Kamis (30/7) lalu, rupiah ditutup melemah 57 poin atau 0,4 persen menjadi Rp14.600 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.543 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Senin menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.713 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.653 per dolar AS.
Baca juga: Rupiah Senin pagi melemah 5 poin menjadi Rp14.605 per dolar AS
Baca juga: Kurs rupiah terkoreksi usai Fed beri sinyal pertahankan kebijakan longgar
Baca juga: Kurs rupiah melemah setelah The Fed tahan suku bunga