Bandung (ANTARA) - Ekonom dari Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Jawa Barat Acuviarta Kartabi mengatakan bisnis di sektor teknologi informasi dan komunikasi (TIK), menjadi salah satu sektor yang kebal terhadap dampak pandemi COVID-19.
"Karena berdasarkan rekapitulasi data ekonomi makro terakhir, sektor teknologi informasi komunikasi atau TIK tumbuh 9,81 persen atau hampir double digit. Dan di saat yang sama, ekonomi makro Indonesia hanya tumbuh 2,97 persen," kata Acuviarta, Jumat.
Acuviarta mengatakan pandemi COVID-19 membuat penggunaan internet oleh masyarakat menjadi meningkat, terutama setelah pemerintah menganjurkan melakukan aktivitas di dalam rumah, baik bekerja, belajar, maupun beribadah.
Menurut dia, tren positif sektor selama pandemi, menurut dia, juga terlihat dari kinerja PT Telekomunikasi Indonesia.
Ia juga mengatakan BUMN tersebut sukses mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Acu mengatakan capaian tersebut tidak terlepas dari torehan kinerja positif Telkom sepanjang 2019 dan pada pekan lalu, Telkom Group melaporkan pencatatan Laba Bersih 2019 sebesar Rp18,66 triliun, yang ditunjang pertumbuhan signifikan pendapatan Digital Business Seluler (23,1 persen) dan pendapatan IndiHome (28,1 persen) yang menjadi lokomotif pertumbuhan perseroan.
Pada segmen Mobile, Telkom melalui entitas anak Telkomsel, masih mengukuhkan diri sebagai operator dengan basis pelanggan terbesar di Indonesia. Jumlah pelanggan Telkomsel mencapai 171,1 juta, dengan pengguna mobile data tercatat sebanyak 110,3 juta pelanggan.
Sehingga kinerja dari PT Telekomunikasi Indonesia dinilai sudah di jalur yang tepat terbukti dari pertumbuhan yang lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional. Sekalipun demikian, penajaman bisnis harus terus dilakukan perseroan.
"Jadi, kalau kinerja Telkom terus moncer dalam beberapa tahun terakhir, saya kira memang tidak terlepas dari perkembangan bisnis digital, data, dan TIK yang Telkom kembangkan. Saya kira apa yang dilakukan manajemen sekarang sudah on the right track, kita bisa melihat di semua lini terus tumbuh," katanya.
Menurut dia, kemampuan PT Telkom meningkatkan pertumbuhan laba pada satu sisi, juga diikuti kinerja yang semakin baik dalam menekan biaya operasional. Prinsipnya, secara korporasi, potensi ekonomi di bisnis telekomunikasi mampu dikelola dan dimanfaatkan Telkom secara optimal, sehingga menjadi pendorong utama pendapatan dan laba perusahaan.
"Itu poin penting yang menjadi value utama bisnis Telkom. Saya juga menilai, dalam banyak hal, kondisi kinerja Telkom merefleksikan kondisi industri telekomunikasi secara nasional," kata Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pasundan tersebut.
Hal serupa disampaikan Luqman El Hakiem, Founder Aplikasi Analisa Saham TetraXchange sekaligus Founder Komunitas Saham Teman Trader.
Menurut Luqman, kinerja Telkom relatif baik dibandingkan emiten sejenis sekalipun sedang masa pandemi sekarang.
Ia menyarankan agar investasi Telkom ke anak perusahaan juga harus dipastikan terkendali dan tidak menggerogoti induk sehingga pertumbuhan EPS (Earning per Share) bisa lebih baik dari laporan keuangan 2019 sebesar 3,2 persen.
"Secara umum, operasional Telkom bagus. Namun perlu segera penanganan, restrukturisasi untuk investasi ke anak perusahaan agar tidak jadi beban dan balik menjadi penunjang kinerja saham Telkom," lanjutnya.
Dosen Sekoleh Teknik Elektro Informatika ITB, Dimitri Mahayana, mengatakan, kinerja PT Telkom terus bertambah kuat karena selaras dengan karakter bisnis TIK yang simultan dengan kenaikan kebutuhan masyarakat Indonesia ke layanan bisnis tersebut.
Baca juga: Pertemuan daring paling banyak diakses pelanggan Indihome Telkom
Baca juga: Polisi Majalengka bekuk dua pencuri kabel optik Telkom
Baca juga: Telkom University ciptakan robot sterilisasi ruang isolasi corona