Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/ Kepala Badan Riset dan Inovasi (BRIN) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan 50.000 perangkat tes diagnostik cepat bukan berbasis PCR untuk deteksi COVID-19, yakni RDT IgG/IgM berbasis peptide sintesis, diperkirakan diproduksi pada Juni 2020.
Menristek Bambang menuturkan untuk tahap awal ditargetkan pada 8 Mei 2020, sudah bisa dihasilkan 10.000 perangkat RDT itu.
"Apabila yang 10.000 test kit sudah selesai diuji validasi maka diperkirakan bulan Juni 2020 sudah diproduksi 50.000 test kit," kata Menristek Bambang dalam konferensi video di rapat gabungan bersama DPR, Jakarta, Selasa.
Baca juga: Alat uji PCR COVID-19 buatan dalam negeri siap diproduksi
Pada Selasa, diadakan Rapat Gabungan Komisi VI DPR RI, Komisi VlI DPR RI dan Komisi IX DPR RI dengan Menteri Riset dan Teknologi/Kepala BRIN RI, Menteri Perindustrian RI, Menteri BUMN RI, dan Menteri Kesehatan RI serta Rapat Dengar Pendapat (RDP) Gabungan dengan Kepala LIPI, Kepala BPPT, Kepala LAPAN, Kepala BPOM, dan Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman
Pengembangan perangkat tes cepat COVID-19 itu merupakan kerja sama Universitas Gadjah Mada, Universitas Swasta dan PT Hepatika.
Konsorsium COVID-19 yang dibentuk Kementerian Riset dan Teknologi juga mengembangkan perangkat tes cepat yang lain untuk deteksi COVID-19, yakni perangkat tes diagnostik cepat (RDT) untuk deteksi antigen berbasis biosensor, dan perangkat RDT IgG/IgM.
Baca juga: 15 ribu warga Kota Bandung jalani tes COVID-19 selama PSBB
Perangkat tes diagnostik cepat COVID-19 untuk deteksi antigen berbasis biosensor dikembangkan oleh Institut Teknologi Bandung dan Universitas Padjajaran. Alat ini menggunakan sensor Surface Plasmon Resonance (SPR).
Konsorsium menargetkan untuk memproduksi 100 perangkat prototipe reagen biosensor. Setelah diuji validasi, akhir Juli 2020 ditargetkan produk reagen biosensor diserahkan ke rumah sakit.
Konsorsium juga mengembangkan perangkat tes cepat COVID-19 untuk deteksi IgG/IgM berdasarkan gen Spike dan Nucleocapsid. Perangkat ini akan diproduksi 10.000 unit pada akhir Juli 2020.
"Dua perangkat ini diperkirakan akhir Juli 2020 sudah bisa diuji validasi dan sudah bisa diproduksi test kitnya," tutur Menristek Bambang.
Baca juga: Indonesia akan terus tambah laboratorium uji PCR