Cianjur (ANTARA) - UPTD Pengembangan Perikanan Perairan Umum Cirata, Cianjur, Jawa Barat, mencatat 20 petak Kolam Jaring Apung (KJA) di Kampung Jangari, Desa Bobojong, Kecamatan Mande, rusak berat akibat arus deras dari aliran sungai Cisokan.
"Total kerugian akibat peristiwa tersebut diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah. Hari ini, puluhan petani mulai memperbaiki jaring apung (japung) yang rusak," kata Kepala UPTD Pengembangan Perikanan Perairan Umum Cirata, Budi Prayatna di Cianjur Senin.
Ia menjelaskan meluapnya air sungai yang masuk ke Waduk Jangari itu, berawal ketika hujan turun deras sejak siang hingga malam menjelang. Debit air dari sungai Cisokan yang tinggi masuk ke waduk menyebabkan gelombang tinggi dan menghantam japung.
"Sebagian besar japung yang rusak berada di pinggiran waduk yang berbatasan langsung dengan sungai. Sebagian besar terseret hingga rusak dan ikan di dalam kolam hanyut terbawa arus," katanya.
Berdasarkan hasil pendataan di lapangan sebanyak 20 KJA mengalami rusak parah, bahkan diperkirakan sebanyak 10 ton ikan siap panen lepas dan mengakibatkan kerugian hingga ratusan juta rupiah.
Ia menjelaskan, setiap tahun japung yang terletak di lokasi tersebut, kerap terbawa arus sungai yang selalu tinggi, terutama pada saat masuknya musim penghujan, namun petani tidak menghiraukan imbauan dinas untuk pindah.
"Sebelum dilakukan penertiban oleh tim Citarum Harum, di lokasi yang sama tahun lalu, seratusan japung yang rusak berat terbawa arus. Kerugian hampir setengah miliar, tahun ini hanya puluhan dan milik tiga orang petani," katanya.
Pihaknya berharap dengan kejadian tersebut, petani tidak lagi membuka japung di lokasi yang sama karena tahun depan puluhan japung yang ada akan ditertibkan guna mewujudukan lanjutan program Citarum Harum.
Sementara Wakil Ketua Kompepar Wisata Jangari, Hendrawan berharap Pemkab Cianjur, dapat membantu menangani permasalahan tahunan yang terjadi di tempat wisata air milik pemkab tersebut.
Pasalnya debit air yang tiba-tiba besar akibat pendangkalan yang disebabkan tumpukan sampah. Sehingga saat hujan turun deras di bagian hulu, akan berakibat dibagian hilir tepatnya di pintu air Waduk Jangari, layaknya gelombang air bah.
"Ini juga harus menjadi tugas bersama pemerintah daerah, sebelum melakukan penataan. Harus ada pengerukan di bagian sungai yang masuk ke Jangari karena terjadi pendangkalan akibat sampah," katanya.