Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Garut, Jawa Barat, berupaya mendorong tingkat partisipasi pemilih dengan menggelar kegiatan simulasi pencoblosan yang mampu menarik perhatian masyarakat Desa Cimurah, Kecamatan Karangpawitan, Garut, Selasa.
Ketua KPU Kabupaten Garut Junaidin Basri mengatakan bahwa simulasi pelaksanaan dan pengamanan pemilihan di tempat pemungutan suara (TPS) itu sengaja di kawasan perdesaan yang tingkat partisipasinya rendah.
"Wilayah perdesaan memang masih dianggap rendah partisipasinya, kami harap acara ini bisa meningkatkan partisipasi pemilih," kata Junaidin.
Simulasi dilaksanakan bersama unsur TNI, Polri, penyelenggara pemilu tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa, termasuk masyarakat, untuk kesiapan pengamanan sekaligus menyosialisasikan pesta demokrasi kepada masyarakat.
Ia berharap simulasi di Desa Cimurah bisa mendongkrak partisipasi pemilih saat pemilihan umum, 17 April 2019.
"Dipilih Desa Cimurah karena partisipasi masyarakatnya masih rendah. Dengan simulasi ini, diharapkan mendapat perhatian warga untuk antusias memilih," katanya.
Simulasi dilaksanakan, seperti adanya gangguan keamanan dan ketertiban di TPS, kemudian jajaran petugas mengamankan pihak yang melakukan kekacauan.
"Simulasi ini dilakukan untuk identifikasi kejadian apa saja yang bisa terjadi," katanya.
Kegiatan simulasi itu diawali dengan datangnya sejumlah pemilih yang tidak dapat memberikan hak suaranya karena tidak memenuhi syarat sebagai pemilih.
Selanjutnya, terjadi keributan karena pemilih tersebut memaksa petugas di TPS untuk bisa memilih lima surat suara dalam Pemilu 2019.
Namun, keributan itu mampu dikendalikan petugas kepolisian yang langsung sigap, kemudian mengamankan orang yang melakukan kericuhan itu.
"Simulasi ini bertujuan agar kami dan aparat keamanan bisa mengetahui kekurangannya dan bisa diperbaiki," katanya.
Baca juga: KPU Garut tetapkan 158 lokasi kampanye terbuka
Baca juga: 69 WNA di Garut tidak masuk dalam DPT
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
Ketua KPU Kabupaten Garut Junaidin Basri mengatakan bahwa simulasi pelaksanaan dan pengamanan pemilihan di tempat pemungutan suara (TPS) itu sengaja di kawasan perdesaan yang tingkat partisipasinya rendah.
"Wilayah perdesaan memang masih dianggap rendah partisipasinya, kami harap acara ini bisa meningkatkan partisipasi pemilih," kata Junaidin.
Simulasi dilaksanakan bersama unsur TNI, Polri, penyelenggara pemilu tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa, termasuk masyarakat, untuk kesiapan pengamanan sekaligus menyosialisasikan pesta demokrasi kepada masyarakat.
Ia berharap simulasi di Desa Cimurah bisa mendongkrak partisipasi pemilih saat pemilihan umum, 17 April 2019.
"Dipilih Desa Cimurah karena partisipasi masyarakatnya masih rendah. Dengan simulasi ini, diharapkan mendapat perhatian warga untuk antusias memilih," katanya.
Simulasi dilaksanakan, seperti adanya gangguan keamanan dan ketertiban di TPS, kemudian jajaran petugas mengamankan pihak yang melakukan kekacauan.
"Simulasi ini dilakukan untuk identifikasi kejadian apa saja yang bisa terjadi," katanya.
Kegiatan simulasi itu diawali dengan datangnya sejumlah pemilih yang tidak dapat memberikan hak suaranya karena tidak memenuhi syarat sebagai pemilih.
Selanjutnya, terjadi keributan karena pemilih tersebut memaksa petugas di TPS untuk bisa memilih lima surat suara dalam Pemilu 2019.
Namun, keributan itu mampu dikendalikan petugas kepolisian yang langsung sigap, kemudian mengamankan orang yang melakukan kericuhan itu.
"Simulasi ini bertujuan agar kami dan aparat keamanan bisa mengetahui kekurangannya dan bisa diperbaiki," katanya.
Baca juga: KPU Garut tetapkan 158 lokasi kampanye terbuka
Baca juga: 69 WNA di Garut tidak masuk dalam DPT
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019