Seratusan ulama muda dari berbagai pondok pesantren di Kabupaten Garut, Jawa Barat, menggelar deklarasi dukungan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi)-Ma`ruf Amin sekaligus menyatakan diri siap untuk melawan segala semburan dusta yang mencederai demokrasi di Indonesia.
"Kami yang terdiri dari para ulama muda Garut yang tergabung dalam Jaringan Islam Kebangsaan (JIK) bertekad dan terus akan bersatu melawan semburan dusta," kata Ketua Umum Jaringan Islam Kebangsaan, Irfan Sanusi di Aula Musadadiyah, Kabupaten Garut, Sabtu.
Ia menuturkan, seminar kebangsaan bertemakan "Melawan Semburan Dusta" dan Deklarasi Dukung Paslon 01 itu dihadiri ratusan ulama dan ustazah yang tergabung dalam Forum Ulama Muda Kabupaten Garut.
Para ulama muda Garut itu, kata dia, mendeklarasikan diri dan mendukung pasangan calon nomor 01, Jokowi-KH Ma`ruf Amin dan siap melakukan gerakan untuk melawan segala bentuk informasi bohong yang tersebar di masyarakat.
Menurut dia, gerakan melawan semburan dusta yang seringkali menyudutkan pasangan calon Presiden Jokowi-Ma`ruf Amin itu merupakan langkah tepat memberikan pemahaman cerdas kepada masyarakat, dengan harapan masyarakat tidak mudah percaya terhadap informasi yang tersebar di media sosial.
"Kami harap para ajeungan (ulama) muda bisa bergerak menyampaikan kebenaran dengan cara objektif dan tidak membabi buta, kita ingin Islam Indonesia ini yang ramah, bukan marah-marah," katanya.
Ia mengungkapkan, alasan ulama muda memberikan dukungan kepada pasangan Jokowi-Ma`ruf karena Presiden Jokowi telah menunjukkan kerja yang baik untuk bangsa Indonesia, salah satunya pemerataan infrastruktur.
"Khusus Pak Jokowi, kami sudah merasakan pembangunan yang dilakukan selama hampir lima tahun, selain itu, Jokowi juga merupakan pemimpin Islam sejati yang telah mendapatkan pengakuan dari dunia internasional," katanya.
Perwakilan ulama muda dari Garut, Anwar Musadad menambahkan, para ulama muda di Garut siap menangkal isu-isu kabar bohong yang merugikan masyarakat, terutama menyudutkan Presiden Jokowi.
"Tentunya tugas kami dan ke depan sampai April nanti berusaha menangkal isu-isu hoax atau ujaran kebencian kepada pasangan calon Jokowi untuk itu ulama muda di Garut siap meluruskan isu-isu hoax," katanya.
Baca juga: Bekraf bantu akses pembiayaan bagi pelaku ekonomi kreatif Garut
Ketua Pembina Forum Ulama Garut, Abdusyi Syakur menambahkan, pada era globalisasi ini masyarakat harus berhati-hati dan selalu menyaring terlebih dahulu setiap informasi yang datang melalui berbagai media.
Ia berharap, upaya menangkal kabar bohong tidak hanya dilakukan menjelang pemilihan presiden, tetapi berkelanjutan, karena jika persoalan penyebaran informasi bohong terus terjadi khawatir mengganggu tatanan kehidupan sosial, seperti persoalan saling membenci.
Menurut dia, perilaku yang menyebarkan kabar bohong tidak hanya terjadi pada pemilihan presiden saja, tetapi berpotensi pada pemilihan pemimpin lainnya di tingkat kepala desa, bupati, wali kota, dan gubernur.
"Melawan hoaks ini bukan hanya di pilpres saja, tapi ke depan juga, karena akan semakin parah apabila hoaks ini dibiarkan, dan akan menjadi sesuatu yang buruk bagi bangsa Indonesia," katanya.
Baca juga: 69 WNA di Garut tidak masuk dalam DPT
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
"Kami yang terdiri dari para ulama muda Garut yang tergabung dalam Jaringan Islam Kebangsaan (JIK) bertekad dan terus akan bersatu melawan semburan dusta," kata Ketua Umum Jaringan Islam Kebangsaan, Irfan Sanusi di Aula Musadadiyah, Kabupaten Garut, Sabtu.
Ia menuturkan, seminar kebangsaan bertemakan "Melawan Semburan Dusta" dan Deklarasi Dukung Paslon 01 itu dihadiri ratusan ulama dan ustazah yang tergabung dalam Forum Ulama Muda Kabupaten Garut.
Para ulama muda Garut itu, kata dia, mendeklarasikan diri dan mendukung pasangan calon nomor 01, Jokowi-KH Ma`ruf Amin dan siap melakukan gerakan untuk melawan segala bentuk informasi bohong yang tersebar di masyarakat.
Menurut dia, gerakan melawan semburan dusta yang seringkali menyudutkan pasangan calon Presiden Jokowi-Ma`ruf Amin itu merupakan langkah tepat memberikan pemahaman cerdas kepada masyarakat, dengan harapan masyarakat tidak mudah percaya terhadap informasi yang tersebar di media sosial.
"Kami harap para ajeungan (ulama) muda bisa bergerak menyampaikan kebenaran dengan cara objektif dan tidak membabi buta, kita ingin Islam Indonesia ini yang ramah, bukan marah-marah," katanya.
Ia mengungkapkan, alasan ulama muda memberikan dukungan kepada pasangan Jokowi-Ma`ruf karena Presiden Jokowi telah menunjukkan kerja yang baik untuk bangsa Indonesia, salah satunya pemerataan infrastruktur.
"Khusus Pak Jokowi, kami sudah merasakan pembangunan yang dilakukan selama hampir lima tahun, selain itu, Jokowi juga merupakan pemimpin Islam sejati yang telah mendapatkan pengakuan dari dunia internasional," katanya.
Perwakilan ulama muda dari Garut, Anwar Musadad menambahkan, para ulama muda di Garut siap menangkal isu-isu kabar bohong yang merugikan masyarakat, terutama menyudutkan Presiden Jokowi.
"Tentunya tugas kami dan ke depan sampai April nanti berusaha menangkal isu-isu hoax atau ujaran kebencian kepada pasangan calon Jokowi untuk itu ulama muda di Garut siap meluruskan isu-isu hoax," katanya.
Baca juga: Bekraf bantu akses pembiayaan bagi pelaku ekonomi kreatif Garut
Ketua Pembina Forum Ulama Garut, Abdusyi Syakur menambahkan, pada era globalisasi ini masyarakat harus berhati-hati dan selalu menyaring terlebih dahulu setiap informasi yang datang melalui berbagai media.
Ia berharap, upaya menangkal kabar bohong tidak hanya dilakukan menjelang pemilihan presiden, tetapi berkelanjutan, karena jika persoalan penyebaran informasi bohong terus terjadi khawatir mengganggu tatanan kehidupan sosial, seperti persoalan saling membenci.
Menurut dia, perilaku yang menyebarkan kabar bohong tidak hanya terjadi pada pemilihan presiden saja, tetapi berpotensi pada pemilihan pemimpin lainnya di tingkat kepala desa, bupati, wali kota, dan gubernur.
"Melawan hoaks ini bukan hanya di pilpres saja, tapi ke depan juga, karena akan semakin parah apabila hoaks ini dibiarkan, dan akan menjadi sesuatu yang buruk bagi bangsa Indonesia," katanya.
Baca juga: 69 WNA di Garut tidak masuk dalam DPT
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019