Bandung (Antaranews Jabar) - Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil atau Emil menginstruksikan bupati dan wali kota di Provinsi Jawa Barat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit demam berdarah dengue atau DBD.
"Terkait DBD, saya sudah mengoordinasikan kepada setiap bupati dan wali kota di Jabar ya ini karena sifatnya banyak teknis di lapangan, Bekasi kita monitor, Depok kita monitor," kata Gubernur Emil di Bandung, Kamis.
Orang nomor satu di Provinsi Jawa Barat ini mengatakan wabah DBD lebih banyak bersifat teknis di lapangan sehingga pihaknya melakukan koordinasi dan monitoring agar kasus ini tidak meluas.
Selain itu, Gubernur Emil juga mengimbau kepada seluruh warga Jawa Barat agar waspada terhadap DBD serta menghindari perilaku yang berpotensi memunculkan demam berdarah.
"Imbau terus dilakukan, termasuk di media sosial. Jadi harus mengecek jangan banyak genangan, jangan buang sampah sembarangan, fogging untuk daerah terduga sudah kita instruksikan. Intinya kita waspada tapi tidak dalam istilah KLB,"
Menurut dia, kasus demam berdarah di Jabar secara umum masih terkendali jadi tidak perlu naik status menjadi kejadian luar biasa (KLB).
"Penetapan status KLB itu kan kalau sudah tidak terkendali sehingga harus lintas pusat pun turun. Itu masalahnya tidak merata," ujar Gubernur Emil.
Sementara itu berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, selama 2018 tercatat sebanyak 11.107 kasus DBD dengan jumlah meninggal dunia sebanyak 55 orang.
Sementara pada 2017 tercatat 11.422 kasus dengan 56 orang yang meninggal dan dari data warga yang meninggal dalam kurun dua tahun tersebut, korban kebanyakan dari Kabupaten Cirebon yaitu 10 orang meninggal karena DBD.
Selama 2018 tersebut, Kota Bandung dan Kabupaten Bandung tercatat dengan kasus DBD yang paling dominan, Kabupaten Bandung sebanyak 2.124 kasus sedangkan Kota Bandung sebanyak 2.826 kasus.
Meski demikian, jumlah kasus di awal 2019 ini alami peningkatan dibanding awal 2018 dan pada dua pekan pertama terdapat 949 kasus, sementara selama Januari 2018 lalu 969 kasus.
Dengan adanya penurunan jumlah kasus DBD di Jabar berarti ada peningkatan pada perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Akan tetapi di sisi lain masih ada daerah dengan angka kasus yang terbilang tinggi dikarenakan PHBS yang belum banyak disadari warganya.***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019
"Terkait DBD, saya sudah mengoordinasikan kepada setiap bupati dan wali kota di Jabar ya ini karena sifatnya banyak teknis di lapangan, Bekasi kita monitor, Depok kita monitor," kata Gubernur Emil di Bandung, Kamis.
Orang nomor satu di Provinsi Jawa Barat ini mengatakan wabah DBD lebih banyak bersifat teknis di lapangan sehingga pihaknya melakukan koordinasi dan monitoring agar kasus ini tidak meluas.
Selain itu, Gubernur Emil juga mengimbau kepada seluruh warga Jawa Barat agar waspada terhadap DBD serta menghindari perilaku yang berpotensi memunculkan demam berdarah.
"Imbau terus dilakukan, termasuk di media sosial. Jadi harus mengecek jangan banyak genangan, jangan buang sampah sembarangan, fogging untuk daerah terduga sudah kita instruksikan. Intinya kita waspada tapi tidak dalam istilah KLB,"
Menurut dia, kasus demam berdarah di Jabar secara umum masih terkendali jadi tidak perlu naik status menjadi kejadian luar biasa (KLB).
"Penetapan status KLB itu kan kalau sudah tidak terkendali sehingga harus lintas pusat pun turun. Itu masalahnya tidak merata," ujar Gubernur Emil.
Sementara itu berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, selama 2018 tercatat sebanyak 11.107 kasus DBD dengan jumlah meninggal dunia sebanyak 55 orang.
Sementara pada 2017 tercatat 11.422 kasus dengan 56 orang yang meninggal dan dari data warga yang meninggal dalam kurun dua tahun tersebut, korban kebanyakan dari Kabupaten Cirebon yaitu 10 orang meninggal karena DBD.
Selama 2018 tersebut, Kota Bandung dan Kabupaten Bandung tercatat dengan kasus DBD yang paling dominan, Kabupaten Bandung sebanyak 2.124 kasus sedangkan Kota Bandung sebanyak 2.826 kasus.
Meski demikian, jumlah kasus di awal 2019 ini alami peningkatan dibanding awal 2018 dan pada dua pekan pertama terdapat 949 kasus, sementara selama Januari 2018 lalu 969 kasus.
Dengan adanya penurunan jumlah kasus DBD di Jabar berarti ada peningkatan pada perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
Akan tetapi di sisi lain masih ada daerah dengan angka kasus yang terbilang tinggi dikarenakan PHBS yang belum banyak disadari warganya.***3***
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2019