Bogor (Antaranews Jabar) - Institut Pertanian Bogor (IPB) mendirikan Posko Tanggap Bencana di wilayah Ujung Jaya, Kecamatan, Sumur, Pandeglang, Banten, untuk membantu masyarakat pulih dari bencana tsunami.
"Ujung Jaya, Kecamatan Sumur dipilih karena mengikuti arahan BMKG agar posko berjarak minimal satu kilometer dari bibir pantai," kata Sekretaris Pusat Studi Bencana (PSB) IPB, Dr Perdinan di Bogor, Sabtu.
Perdinan mengatakan pascabencana tsunami PSB IPB melakukan langkah-langkah sebelum memutuskan mendirikan posko. Langkah pertama adalah mengirimkan tiga mahasiswa untuk melakukan survei dan mendistribusikan bantuan.
Langkah kedua PSB memberangkatkan 15 mahasiswa yang tergabung dalam Tim Aksi Sigap Mahasiswa Tanggap Bencana (Tas Mantab) ke posko bencana pada 28 sampai dengan 30 Desember 2018.
Dalam jangka waktu tersebut Tas Mantab melakukan pendekatan kepada masyarakat yang terkena dampak bencana sekaligus menyalurkan bantuan kebutuhan primer seperti makanan, obat-obatan dan kebutuhan lainnya.
"Setelah melakukan kegiatan di Posko bencana semua Tas Mantab direncanakan akan kembali ke IPB pada 31 Desember 2018," kata Perdinan.
Menurut Perdinan, keberadaan perguruan tinggi di lokasi bencana sebagai hal penting untuk merencanakan 'post disaster' (pascabencana). Ini dilakukan untuk melihat setelah bencana terjadi apa yang bisa dilakukan IPB.
"Kami (PSB-IPB) juga berencana untuk membuat kajian 'Damage and Lost Analysis' (DALA)," katanya.
Ia menjelaskan metode DALA yang dikembangkan basisnya milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tapi dengan tambahan analisis kerentanan untuk 'post disaster'.
Selain itu, PSB juga sedang menyusun peta bencana untuk pemetaan daerah potensi bencana dan menjadi database daerah-daerah potensial, sehingga dapat dijadikan rujukan zonasi.
Sementara itu, Koordinator Tas Mantab IPB, Surya Gentha Akmal mengatakan ada beberapa hal yang dilakukan oleh timnya di lokasi bencana yakni melakukan distribusi bantuan selama di lapangan.
Melakukan distribusi bantuan selama di lapangan ke daerah terdampak bencana seperti daerah Carita, Labuan, dan Sumur. Ketiga melakukan pencatatan dan pengumpulan data, serta dokumentasi kegiatan dan dokumentasi kerusakan pada bidang pertanian, peternakan, perikanan, dan atau data-data bidang agromaritim pada masing-masing daerah terdampak.
"Tugas lainnya membantu masyarakat dan tim relawan lainnya untuk membersihkan puing-puing bekas bencana, membantu evakuasi warga jika dibutuhkan," kata Surya.
Surya menambahkan, selain tugas pokok tersebut, Tas Mantab juga akan memetakan seperti apa dampak bencana Tsunami Banten dan seperti apa upaya yang bisa dilakukan untuk pemulihan pascabencana.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018
"Ujung Jaya, Kecamatan Sumur dipilih karena mengikuti arahan BMKG agar posko berjarak minimal satu kilometer dari bibir pantai," kata Sekretaris Pusat Studi Bencana (PSB) IPB, Dr Perdinan di Bogor, Sabtu.
Perdinan mengatakan pascabencana tsunami PSB IPB melakukan langkah-langkah sebelum memutuskan mendirikan posko. Langkah pertama adalah mengirimkan tiga mahasiswa untuk melakukan survei dan mendistribusikan bantuan.
Langkah kedua PSB memberangkatkan 15 mahasiswa yang tergabung dalam Tim Aksi Sigap Mahasiswa Tanggap Bencana (Tas Mantab) ke posko bencana pada 28 sampai dengan 30 Desember 2018.
Dalam jangka waktu tersebut Tas Mantab melakukan pendekatan kepada masyarakat yang terkena dampak bencana sekaligus menyalurkan bantuan kebutuhan primer seperti makanan, obat-obatan dan kebutuhan lainnya.
"Setelah melakukan kegiatan di Posko bencana semua Tas Mantab direncanakan akan kembali ke IPB pada 31 Desember 2018," kata Perdinan.
Menurut Perdinan, keberadaan perguruan tinggi di lokasi bencana sebagai hal penting untuk merencanakan 'post disaster' (pascabencana). Ini dilakukan untuk melihat setelah bencana terjadi apa yang bisa dilakukan IPB.
"Kami (PSB-IPB) juga berencana untuk membuat kajian 'Damage and Lost Analysis' (DALA)," katanya.
Ia menjelaskan metode DALA yang dikembangkan basisnya milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tapi dengan tambahan analisis kerentanan untuk 'post disaster'.
Selain itu, PSB juga sedang menyusun peta bencana untuk pemetaan daerah potensi bencana dan menjadi database daerah-daerah potensial, sehingga dapat dijadikan rujukan zonasi.
Sementara itu, Koordinator Tas Mantab IPB, Surya Gentha Akmal mengatakan ada beberapa hal yang dilakukan oleh timnya di lokasi bencana yakni melakukan distribusi bantuan selama di lapangan.
Melakukan distribusi bantuan selama di lapangan ke daerah terdampak bencana seperti daerah Carita, Labuan, dan Sumur. Ketiga melakukan pencatatan dan pengumpulan data, serta dokumentasi kegiatan dan dokumentasi kerusakan pada bidang pertanian, peternakan, perikanan, dan atau data-data bidang agromaritim pada masing-masing daerah terdampak.
"Tugas lainnya membantu masyarakat dan tim relawan lainnya untuk membersihkan puing-puing bekas bencana, membantu evakuasi warga jika dibutuhkan," kata Surya.
Surya menambahkan, selain tugas pokok tersebut, Tas Mantab juga akan memetakan seperti apa dampak bencana Tsunami Banten dan seperti apa upaya yang bisa dilakukan untuk pemulihan pascabencana.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018