Bandung (Antaranews Jabar) - Para aparatur sipil negara (ASN) Pemprov Jawa Barat merayakan HUT ke-73 Jawa Barat dengan mengikuti Festival Aktivitas Kaulinan Urang Lembur (AKUR) tingkat Setda Provinsi Jawa Barat, di area Gedung Sate Bandung, Senin.
Cabang AKUR yang dilombakan yakni balap karung, nyair belut (menangkap belut), ngapaku botol (memasukkan paku ke dalam botol), egrang, sondah, sorodot gaplok, kelom batok, rorodaan, gatrik, hadang, dagongan, bakiak dan galah.
Acara ini melibatkan sekitar 650 orang karyawan di lingkungan Pemerintah Provinsi Jabar, baik dari biro, maupun jasa kebersihan.
Sekretaris Daerah Jawa Barat Iwa Karniwa juga inginkan, selain mengingat kembali kaulinan tradisional, para karyawan bisa mengajarkan permainan rakyat ini pada anak cucunya di rumah.
Menurutnya, permainan tradisional memiliki interaktif tersendiri yang tidak sulit dijumpai pada permainan modern.
"Memang baru saya dan karyawan karyawati Setda Jabar, tapi yang jauh lebih penting dari karyawan karyawati ini ditularkan lebih lanjut kepada anak cucunya, karena anak cucu kita sekarang tidak mengenal apa yang namanya rorodaan, gatrik ataupun egrang, yang sebetulnya tidak kalah seru," kata Iwa.
"Ini interaktifnya luar biasa. Kreativitas yang jarang ditemukan di era sekarang itu interaktif sesama anak, saling gendong, saling tolong menolong, dan sebagainya," lanjutnya.
Ketika disinggung terkait cabang AKUR favoritnya, Iwa dengan semangat mengatakan dirinya sangat menikmati permainan rorodaan, sorodot gaplok dan gatrik.
"Hampir semua permainan (cabang AKUR) saya ikuti semua. Tapi yang paling berkesan hanya tiga, rorodaan, sorodot gaplok, sama gatrik," kata Iwa.
Sementara itu, Kepala Biro Umum Setda Provinsi Jawa Barat H Riadi menuturkan, pemilihan Kaulinan lembur pada festival ini adalah untuk mengingat kembali, mencintai dan peduli terhadap keberadaan kaulinan rakyat Jabar agar tidak tergerus zaman.
Selain itu, festival ini juga diharapkan menjadi ajang memupuk kekompakan sekaligus membangun kembali silaturahmi antar karyawan.
"Acara ini diharapkan dapat mensejajarkan dengan tumbuh kembang permainan modern, sehingga kaulinan tradisional tidak lenyap tergerus zaman milenial," ujar Riadi.
"Festival ini juga bertujuan untuk memupuk kekompakan, kebersamaan, kesolidan, ketangguhan, kerja sama, koordinasi dan membangun kembali silaturahmi di antara sesama PNS, Non PNS, dan jasa kebersihan di lingkungan Setda Provinsi Jabar," lanjut dia.
Sebanyak 13 tim yang bertanding akan memperebutkan 50 hadiah menarik. Sedangkan juara umum berhak mendapatkan satu ekor domba Garut jantan.
Selain itu, ada pula sertifikat khusus bagi peserta terpilih, yaitu bagi peserta tertangguh nu kuatan tapi (kuat tapi kalah), peserta terkuat kara nu labuh wa (kuat malu karena sering terjatuh), peserta terbodor (paling lucu tingkahnya), peserta terkasih nu pikarunyaeun (paling dikasihani), peserta terhebat nu nyungkun wa (sangat aktif), peserta terheboh, peserta tergesit, serta peserta terajin yang paling tepat waktu bertanding.
Usai berlomba, seluruh peserta berkumpul untuk botram atau makan siang bersama. Uniknya, makan siang disajikan di atas daun pisang yang digelar.
Tiap hidangan nasi dan lauknya di atas satu daun pisang dinikmati oleh lima hingga tujuh orang yang duduk lesehan bersama-sama.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018
Cabang AKUR yang dilombakan yakni balap karung, nyair belut (menangkap belut), ngapaku botol (memasukkan paku ke dalam botol), egrang, sondah, sorodot gaplok, kelom batok, rorodaan, gatrik, hadang, dagongan, bakiak dan galah.
Acara ini melibatkan sekitar 650 orang karyawan di lingkungan Pemerintah Provinsi Jabar, baik dari biro, maupun jasa kebersihan.
Sekretaris Daerah Jawa Barat Iwa Karniwa juga inginkan, selain mengingat kembali kaulinan tradisional, para karyawan bisa mengajarkan permainan rakyat ini pada anak cucunya di rumah.
Menurutnya, permainan tradisional memiliki interaktif tersendiri yang tidak sulit dijumpai pada permainan modern.
"Memang baru saya dan karyawan karyawati Setda Jabar, tapi yang jauh lebih penting dari karyawan karyawati ini ditularkan lebih lanjut kepada anak cucunya, karena anak cucu kita sekarang tidak mengenal apa yang namanya rorodaan, gatrik ataupun egrang, yang sebetulnya tidak kalah seru," kata Iwa.
"Ini interaktifnya luar biasa. Kreativitas yang jarang ditemukan di era sekarang itu interaktif sesama anak, saling gendong, saling tolong menolong, dan sebagainya," lanjutnya.
Ketika disinggung terkait cabang AKUR favoritnya, Iwa dengan semangat mengatakan dirinya sangat menikmati permainan rorodaan, sorodot gaplok dan gatrik.
"Hampir semua permainan (cabang AKUR) saya ikuti semua. Tapi yang paling berkesan hanya tiga, rorodaan, sorodot gaplok, sama gatrik," kata Iwa.
Sementara itu, Kepala Biro Umum Setda Provinsi Jawa Barat H Riadi menuturkan, pemilihan Kaulinan lembur pada festival ini adalah untuk mengingat kembali, mencintai dan peduli terhadap keberadaan kaulinan rakyat Jabar agar tidak tergerus zaman.
Selain itu, festival ini juga diharapkan menjadi ajang memupuk kekompakan sekaligus membangun kembali silaturahmi antar karyawan.
"Acara ini diharapkan dapat mensejajarkan dengan tumbuh kembang permainan modern, sehingga kaulinan tradisional tidak lenyap tergerus zaman milenial," ujar Riadi.
"Festival ini juga bertujuan untuk memupuk kekompakan, kebersamaan, kesolidan, ketangguhan, kerja sama, koordinasi dan membangun kembali silaturahmi di antara sesama PNS, Non PNS, dan jasa kebersihan di lingkungan Setda Provinsi Jabar," lanjut dia.
Sebanyak 13 tim yang bertanding akan memperebutkan 50 hadiah menarik. Sedangkan juara umum berhak mendapatkan satu ekor domba Garut jantan.
Selain itu, ada pula sertifikat khusus bagi peserta terpilih, yaitu bagi peserta tertangguh nu kuatan tapi (kuat tapi kalah), peserta terkuat kara nu labuh wa (kuat malu karena sering terjatuh), peserta terbodor (paling lucu tingkahnya), peserta terkasih nu pikarunyaeun (paling dikasihani), peserta terhebat nu nyungkun wa (sangat aktif), peserta terheboh, peserta tergesit, serta peserta terajin yang paling tepat waktu bertanding.
Usai berlomba, seluruh peserta berkumpul untuk botram atau makan siang bersama. Uniknya, makan siang disajikan di atas daun pisang yang digelar.
Tiap hidangan nasi dan lauknya di atas satu daun pisang dinikmati oleh lima hingga tujuh orang yang duduk lesehan bersama-sama.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018