Bandung (Antaranews Jabar) - Ratusan santri dari sejumlah pondok pesantren di Kabupaten Garut, Jawa Barat, menggelar aksi kampanye tentang Cegah Pernikahan Anak di Gor Balewangi, Kecamatan Cisurupan, Garut, Kamis.

"Kegiatan tersebut sebagai upaya menyadarkan masyarakat agar tidak menikahkan anak yang masih di bawah umur karena akan berdampak buruk pada kehidupan anak tersebut," kata Ketua Pelaksana Ernawati Siri Saja`ah.

Ia mengemukakan kampanye tersebut sebagai bentuk kepedulian santri sebagai kaum muda agar jangan ada lagi pernikahan anak di bawah umur di Indonesia, khususnya di Garut.

"Deklarasi kampanye pencegahan ini penting untuk menghindari merebaknya pernikahan dini, kalau tidak ada tindakan pencegahan saat ini, kapan lagi," kata Ernawati.

Ia menuturkan kegiatan itu diselenggarakan oleh organisasi Rahima sebuah lembaga swadaya masyarakat yang berfokus pada pemberdayaan perempuan dan anak, dengan beberapa agenda kegiatan yang menarik perhatian masyarakat.

Ia menyebutkan, kampanye yang disaksikan Duta Besar Kanada untuk Indonesia H.E Peter Mac Arthur itu dilakukan dengan penampilan kreatif santri, melalui poster, dan lomba pidato.

"Acara ini diisi dengan berbagai kegiatan yang menarik dan kreatif, seperti lomba pidato," katanya.

Menurut dia, persoalan terjadinya pernikahan anak di bawah umur karena pengaruh tradisi dan menghindari prasangka buruk yaitu mencegah anak untuk melakukan seks bebas.

Selanjutnya, kata dia, alasan ekonomi sehingga mereka menjadikan anaknya yang belum masuk usia dewasa dinikahkan agar dapat bertahan hidup, melunasi utang atau melimpahkan beban tanggungan orang tua kepada suami anaknya.

Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Huda, Cibojong, Cisurupan, Garut, KH Cecep Jaya Karama menambahkan, persoalan pernikahan anak saat ini sedang dihadapi di lingkungan pesantren.

Upaya mencegah persoalan itu, kata dia, harus dilakukan secara bersama-sama dengan merangkul pimpinan pondok pesantren se-Kabupaten Garut untuk mengimbau masyarakat dan santri agar tidak menikah dini atau sebelum dewasa dan mampu.

"Kami pun meminta ajengan, kiai, nyai tidak menghadiri undangan pernikahan santri yang diminta paksa pulang orang tuanya dari pesantren karena akan dinikahkan," katanya.
 

Pewarta: Feri Purnama

Editor : Ajat Sudrajat


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018