Bandung (Antaranews Jabar)- Pakar Hukum dan Tata Kebijakan Kota Bandung, Asep Warlan Yusuf menilai pemaparan para kontestan Pilwalkot Bandung dalam debat kedua mengenai masalah dan penyelesaiannya belum memberikan jawaban secara solutif.
"Agak kurang bisa ditangkap dan belum bisa dimengerti, tidak solutif serta kurang bisa dicatat masyarakat. Padahal itu yang harus dipaparkan dalam debat publik," ujar Asep saat dihubungi melalui telepon seluler, Senin.
Asep yang juga bertugas sebagai panelis berpandangan, seharusnya para pasangan dapat memberikan gambaran secara jelas dan konkret saat memaparkan solusi. Namun yang terjadi pada debat kedua, kata dia, para pasangan lebih banyak mengindentifikasi masalah semata.
Menurutnya, apa yang dikatakan para pasangan hanya mengulangi dari apa yang dikatakan kepada media. Seharusnya, debat ini dijadikan ajang memberikan nafas baru terhadap penyelesaian masalah Kota Bandung.
"Pernah kita baca semua (pernyataan di media), seharusnya jawaban yang suprise yang ada solusi itu penajaman, pengkonkretan (solusi) lebih terukur. Debat ini tahu masalah tahu solusi tinggal menyebutkan. Sayang sekali terlalu banyak ilustrasinya, solusinya kurang proporsional," kata dia.
Kata Asep, banyak hal yang sebenarnya bisa diungkapkan para pasangan calon terkait solusi dan tak perlu kembali memaparkan masalah. Pasalnya, publik sudah tahu apa yang menjadi masalah krusial di Kota Bandung hanya tinggal solusi jitu dari para pasangan.
Ia mencontohkan, apabila masalah yang dikemukakan mengenai banjir atau macet, para pasangan harus menyiapkan berbagai rencana penyelesaian.
"Misalnya ada masalah ini loh solusi A, B, C, D nya. Atau saya akan mengalokasikan anggaran berapa persen untuk pendidikan, kesehatan, sosial, dan ini loh tahapan-tahapannya," kata dia.
Ia berharap pada debat terakhir nanti, para pasangan dapat kembali menajamkan tawaran solusi mengenai permasalahan Kota Bandung. Hal ini sangat penting untuk meyakinkan masyarakat menentukan pilihannya.
"Mudah-mudahan, solusi-solusi nanti akan dibungkus dalam debat ketiga. Itu yang kita harapkan lebih terukur. Pernyataan itu yang menjadi ujung interaksi dengan publik itu yang harus dibacakan mereka didebat ketiga," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018
"Agak kurang bisa ditangkap dan belum bisa dimengerti, tidak solutif serta kurang bisa dicatat masyarakat. Padahal itu yang harus dipaparkan dalam debat publik," ujar Asep saat dihubungi melalui telepon seluler, Senin.
Asep yang juga bertugas sebagai panelis berpandangan, seharusnya para pasangan dapat memberikan gambaran secara jelas dan konkret saat memaparkan solusi. Namun yang terjadi pada debat kedua, kata dia, para pasangan lebih banyak mengindentifikasi masalah semata.
Menurutnya, apa yang dikatakan para pasangan hanya mengulangi dari apa yang dikatakan kepada media. Seharusnya, debat ini dijadikan ajang memberikan nafas baru terhadap penyelesaian masalah Kota Bandung.
"Pernah kita baca semua (pernyataan di media), seharusnya jawaban yang suprise yang ada solusi itu penajaman, pengkonkretan (solusi) lebih terukur. Debat ini tahu masalah tahu solusi tinggal menyebutkan. Sayang sekali terlalu banyak ilustrasinya, solusinya kurang proporsional," kata dia.
Kata Asep, banyak hal yang sebenarnya bisa diungkapkan para pasangan calon terkait solusi dan tak perlu kembali memaparkan masalah. Pasalnya, publik sudah tahu apa yang menjadi masalah krusial di Kota Bandung hanya tinggal solusi jitu dari para pasangan.
Ia mencontohkan, apabila masalah yang dikemukakan mengenai banjir atau macet, para pasangan harus menyiapkan berbagai rencana penyelesaian.
"Misalnya ada masalah ini loh solusi A, B, C, D nya. Atau saya akan mengalokasikan anggaran berapa persen untuk pendidikan, kesehatan, sosial, dan ini loh tahapan-tahapannya," kata dia.
Ia berharap pada debat terakhir nanti, para pasangan dapat kembali menajamkan tawaran solusi mengenai permasalahan Kota Bandung. Hal ini sangat penting untuk meyakinkan masyarakat menentukan pilihannya.
"Mudah-mudahan, solusi-solusi nanti akan dibungkus dalam debat ketiga. Itu yang kita harapkan lebih terukur. Pernyataan itu yang menjadi ujung interaksi dengan publik itu yang harus dibacakan mereka didebat ketiga," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018