Cirebon  (Antaranews ) - Sebagian nelayan Cirebon, Jawa Barat, memilih memperbaiki alat tangkap mereka yang mulai rusak di saat ketika cuaca  masih tidak bisa untuk melaut disebabkan gelombang  tinggi.

"Kalau cuaca begini jarang yang berangkat, paling pada memperbaiki alat tangkap, kalau kami di sini ya membuat rumpon," kata seorang nelayan Cirebon, Slamet Alpuri di Cirebon, Rabu.

Slamet mengatakan gelombang laut memang kelihatan biasa saja, tapi setelah 5 mil, maka akan terasa gelombang yang tinggi.

Untuk itu dirinya dengan nelayan lain tidak melaut dan cuaca masih seperti saat ini dan lebih memilih untuk membuat rumpon.

"Kelihatannya sih ga ada gelombang, tapi kalau sudah ketengah gelombang sangat besar, untuk perahu kita yang berukuran kecil tidak bisa memaksa, karena itu berbahaya," tuturnya.

Nelayan lain, Setiawan Bayu, mengatakan para nelayan di Kabupaten Cirebon khususnya yang menggunakan alat tangkap garok, memang tidak ada yang berangkat, karena cuaca saat ini tidak mendukung dan itu sudah sejak bulan Desember 2017.

"Rata-rata belum ada yang berangkat, mereka masih menepi sambil memperbaiki alat tangkap," katanya.

Sementara itu seorang nelayan Ahmad menambahkan dirinya masih melaut, namun tidak bisa jauh, karena cuaca yang tidak baik serta perahunya pun berukuran kecil.

"Hasilnya lumayan, akan tetapi tidak seperti biasanya ketika cuaca baik," katanya.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jatiwangi Majalengka, Jawa Barat, mengimbau kepada para nelayan yang berada di pantai utara (Pantura) harus mewaspadai adanya gelombang tinggi yang terjadi.

"Waspada bagi nelayan gelombang cukup tinggi mencapai 2,5 meter," kata Prakirawan Cuaca BMKG Jatiwangi Ahmad Faa Iziyn.

Gelombang laut yang cukup tinggi tersebut harus diwaspadai nelayan khususnya di wilayah Indramayu dan Cirebon yang menggunakan perahu kecil, karena bisa membahayakan.

"Jangan paksakan melaut untuk perahu yang berukuran kecil," ujarnya. 

Pewarta: Khaerul Izan

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018