antarajabar - Gubernur Jawa Barat  Aher menginginkan masyarakat Jabar mulai melihat potensi ikan sidat karena potensi yang besar dari ikan tersebut.

"Melalui upaya pembiakan ikan sidat di dalam negeri untuk peningkatan nilai jual. Ikan sidat ini nilai gizi dan ekonominya tinggi, ikan sidat punya potensi bagus," kata Aher dalam siaran persnya, di Bandung, Senin.

Ikan sidat atau yang dikenal dengan unagi dalam istilah Jepang, mulai menjadi incaran investor asing.

Ikan sidat berasal dari Indonesia, terutama dari perairan Samudra Indonesia dan berdasarkan penelitian, dari 18 spesies sidat yang ada di dunia ternyata 12 spesies ada di Indonesia dan dianggap sebagai daerah asal-usul (homeland) ikan sidat dari jenis Anguilidae atau ikan sidat dunia.

"Jepang adalah salah satu negara yang meminati ikan sidat dari Indonesia. Saya sempat beberapa kali kunjungan kerja ke Jepang, di sana pasar sidat terbuka luas," kata dia.

"Kita ingin mengembangkan budi daya ikan sidat, karena ternyata nilai ekonominya sangat tinggi, dan nilai kesehatannya juga tinggi, maka dari itu banyak dicari orang dan harganya cukup tinggi," lanjutnya pula.

Ia mengatakan beberapa pengusaha dari Vietnam, Korea Selatan, bahkan dari Jepang sendiri, sudah mulai mengembangkan budi daya ikan ini.

Karena itu, kata Aher, untuk menembus pasar ekspor, salah satu langkah yang perlu dilakukan pembudidaya salah satunya yakni menjalin kerja sama dengan perusahaan investor.

Syaratnya, pengembangan dan pembudidayaan, harus dilakukan di dalam negeri dan hal ini diupayakan agar benih ikan sidat tidak beredar begitu saja di luar negeri, sehingga potensi yang `mahal` ini, seutuhnya dimiliki negeri ini.

"Bibitnya dari sini, harus dikembangkan di sini dong," kata Ahmad Heryawan.

Aher menuturkan di Jabar, ikan sidat banyak tumbuh dan berkembang dengan jumlah yang sangat banyak di kawasan air payau, di daerah selatan dan utara Jabar.

"Dan kalau diambil bibitnya kemudian dibesarkan di darat, sidat suka air yang sangat bersih," kata Aher lagi.

Dia menyebutkan adalah tugas pemerintah dan dinas terkait ke depannya, untuk menyosialisasikan kepada masyarakat bahwa sidat adalah `emas`.

Dalam artian, masyarakat perlu mengetahui nilai ekonomi sekaligus nilai gizi ikan sidat, sehingga tidak menyia-nyiakan potensi yang ada karena faktor ketidaktahuan.

"Sidat perlu dikembangkan menjadi benda ekonomi yang diiringi dengan pelestarian minimal 10 persen untuk dikembangbiakkan," katanya lagi.

Saat ini, benih ikan sidat sudah mulai dikomersialkan oleh sejumlah nelayan di Pelabuhan Ratu, Jabar. Mereka menjual benih ikan sidat per kilogram yang berisi sekitar 5.000 benih seharga Rp150.000.

"Kalau ekspor ikan sidat yang sudah besar, di Jepang bisa sampai Rp1 juta lebih per kilogram, sementara di dalam negeri harganya bisa Rp300 ribu - 400 ribu per kilogram. Ini potensi yang luar biasa," ujarnya.

Pewarta: Ajat Sudrajat

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017