antarajabar - Pusat Kegiatan Belajar Masyararakat (PKBM) "Nurul Fata" di Desa Maleber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat membantu anak dengan kebutuhan khusus (difabel) untuk tetap sekolah secara cuma-cuma.

Selama ini belum ada sekolah luar biasa (SLB) yang didirikan pemerintah daerah di tingkat kecamatan, sehingga menyulitkan kaum difabel untuk sekolah, kata Ketua PKBM Nurul Fata Deni Abdul Khoolik di Cianjur, Minggu.

Dia menjelaskan sekolah untuk anak dengan kebutuhan khusus sangat diperlukan, meskipun kemampuan fisik mereka mengalami kekurangan, namun tetap harus mendapat akses pendidikan.

"Selama ini pemerintah hanya menyediakan SLB di kota, sekolah kaum difabel tidak ada di kecamatan atau di desa. Kondisi ini merugikan kaum difabel di daerah pinggiran, sehingga kami menyedikan pendidikan untuk mereka agar tetap bisa sekolah," katanya.

Selama ini, kata dia, kaum difabel sangat sulit mengakses pendidikan layaknya anak normal lainnya.

Melihat kondisi tersebut, PKBM Nurul Fata melakukan usaha deteksi dini terhadap anak dengan kebutuhan khusus di Kecamatan Karangtengah.

PKBM Nurul Fata membentuk tim untuk datang ke desa-desa yang berada di pinggiran, dengan tujuan mendata kaum difabel untuk bersekolah, atau sekolah nonformal paket A untuk SD, paket B untuk SMP dan paket C untuk SMA.

"Banyak kendalan yang kami temukan, namun semua butuh kesabaran termasuk kesadaran keluarga yang kurang karena malu menyekolahkan anak dengan kebutuhan khusus, jarak dan waktu atau terbentur biaya," katanya.

Pihaknya secara rutin memberikan pemahaman pada warga kalau kaum difabel harus diberlakukan sama dengan anak lainnya termasuk bersekolah.

"Kami akan mendata 16 desa yang ada di Kecamatan Karangtengah, agar mereka mau menyekolahkan anaknya di PKBM tanpa dipungut biaya," katanya.

Saat ini, kata dia, pihaknya telah mendidik seorang anak dengan kebutuhan khusus Sahimah (13) warga Kampung Cikole, Desa Maleber, yang tidak bisa berjalan karena kakinya lumpuh sejak lahir.

Sahimah difasilitasi untuk belajar di PKBM, sebagai siswa kejar paket A atau setara SD, meskipun sejumlah pihak menyarankan anak perempuan itu, untuk sekolah di SLB yang jauh dari rumahnya.

"Meskipun memiliki kekurangan tidak dapat berjalan dan harus diantar bibinya untuk sampai ke sekolah, Sahimah tetap harus belajar dan beprestasi. Kami akan terus memberikan hak anak-anak berkebutuhan khusus untuk belajar seperti anak lain seusianya," kata Deni.

Pewarta: Ahmad Fikri

Editor : Ajat Sudrajat


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017