Antarajabar.com - Dinas Kesehatan Cianjur, Jawa Barat, mencatat dua orang meninggal dunia akibat difteri dan empat orang lainnya mendapatkan perawatan intensif di RSUD Pagelaran.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Cianjur, Agus Haris, di Cianjur Selasa, mengatakan difteri merupakan infeksi bakteri yang memiliki efek serius pada selaput lendir hidung dan tenggorokan.
Bakteri yang menyebabkan penyakit ini dapat menghasilkan racun yang merusak jaringan pada manusia, terutama pada saluran pernafasan seperti hidung dan tenggorokan.
Dia mengungkapkan, kasus difteri paling tinggi terjadi tahun 2000, ketika jumlahnya mencapai puluhan orang, dengan wilayah paling banyak di Kecamatan Cugenang dan Cikalong.
"Sejak 2011 belum ditemukan kasus yang sama hingga muncul kembali kasus di Cikadu minggu ini. Untuk difteri, satu orang sudah termasuk kejadian luar biasa (KLB)," katanya.
Difteri bisa muncul karena saat kecil penderita tidak diimunisasi, penyakit tersebut bisa sangat berbahaya hingga mengakibatkan kematian jika terlambat ditangani.
"Jarak dua minggu tidak ditanggani akan berdampak fatal, sehingga empat orang yang saat ini dirawat kondisinya sudah membaik. Kami akan melakukan penelusuran ke lapangan untuk melihat penyebab menyebarnya difteri selain dari imunisasi seperti lingkungan yang kotor atau tidak sehat," katanya.
Sedangkan penularan difteri bisa melalui air liur hingga lewat udara karena lima orang penderita merupakan kakak beradik dan satu di antaranya masih bersaudara. "Kami akan tindaklanjuti dengan mensosialisasikan warga untuk mengimunisasi anaknya dan memastikan lingkungan sehat serta bersih," katanya.
Empat anak asal Kecamatan Cikadu hingga saat ini masih menjalani perawatan intensif di RSUD Pagelaran akibat menderita difteri. Mereka adalah Rina (12), Dudu (19), Siti (17) dan Sandri (10).
"Keempat orang anak yang merupakan kakak beradik itu saat ini kondisinya mulai membaik. Tapi untuk penanganan lebih lanjut kami rujuk ke RSUD Cianjur," kata Heri staf RSUD Pagelaran.
Sedangkan dua orang penderita difteri yang meninggal dunia dari wilayah yang sama tidak sempat mendapatkan pertolongan medis atas nama Deni (15) meninggal pada 7 September dan Rini (5) yang meninggal 15 September.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Cianjur, Agus Haris, di Cianjur Selasa, mengatakan difteri merupakan infeksi bakteri yang memiliki efek serius pada selaput lendir hidung dan tenggorokan.
Bakteri yang menyebabkan penyakit ini dapat menghasilkan racun yang merusak jaringan pada manusia, terutama pada saluran pernafasan seperti hidung dan tenggorokan.
Dia mengungkapkan, kasus difteri paling tinggi terjadi tahun 2000, ketika jumlahnya mencapai puluhan orang, dengan wilayah paling banyak di Kecamatan Cugenang dan Cikalong.
"Sejak 2011 belum ditemukan kasus yang sama hingga muncul kembali kasus di Cikadu minggu ini. Untuk difteri, satu orang sudah termasuk kejadian luar biasa (KLB)," katanya.
Difteri bisa muncul karena saat kecil penderita tidak diimunisasi, penyakit tersebut bisa sangat berbahaya hingga mengakibatkan kematian jika terlambat ditangani.
"Jarak dua minggu tidak ditanggani akan berdampak fatal, sehingga empat orang yang saat ini dirawat kondisinya sudah membaik. Kami akan melakukan penelusuran ke lapangan untuk melihat penyebab menyebarnya difteri selain dari imunisasi seperti lingkungan yang kotor atau tidak sehat," katanya.
Sedangkan penularan difteri bisa melalui air liur hingga lewat udara karena lima orang penderita merupakan kakak beradik dan satu di antaranya masih bersaudara. "Kami akan tindaklanjuti dengan mensosialisasikan warga untuk mengimunisasi anaknya dan memastikan lingkungan sehat serta bersih," katanya.
Empat anak asal Kecamatan Cikadu hingga saat ini masih menjalani perawatan intensif di RSUD Pagelaran akibat menderita difteri. Mereka adalah Rina (12), Dudu (19), Siti (17) dan Sandri (10).
"Keempat orang anak yang merupakan kakak beradik itu saat ini kondisinya mulai membaik. Tapi untuk penanganan lebih lanjut kami rujuk ke RSUD Cianjur," kata Heri staf RSUD Pagelaran.
Sedangkan dua orang penderita difteri yang meninggal dunia dari wilayah yang sama tidak sempat mendapatkan pertolongan medis atas nama Deni (15) meninggal pada 7 September dan Rini (5) yang meninggal 15 September.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017