Antarajabar.com - PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk (Bank BNP) terus menggenjot penyaluran kredit kepada usaha mikro, kecil dan menengah karena realisasi penyaluran pinjamanan kepada sektor tersebut hingga Maret 2017 mencapai 46 persen dari total pinjaman.

"Untuk penyaluran pinjaman kepada sektor UMKM mencapai 46 persen dari total pinjaman, sedangkan 54 persen disalurkan kepada sektor non-UMKM," kata Direktur Bisnis Bank BNP Kevin C Tatang, di sela pelaksanaan RUPS Tahunan Periode Akhir Desember 2016 dan Triwulan I Tahun 2017, di Bandung, Jumat malam.

Tren total realisasi penyaluran kredit Bank BNP sedikit mengalami perlambatan dengan realisasi hingga periode Maret 2017 adalah Rp5,2 triliun atau menurun sebesar 2,24 persen dibandingkan periode Desember 2016 (year on date), dan menurun 16,27 persen dari periode Maret 2016 (year on year).

Menurut dia, hal tersebut dikarenakan kondisi makro ekonomi, persaingan ketat tingkat suku bunga yang kompetitif, dan juga prinsip kehati-hatian yang diterapkan Bank BNP untuk memelihara performa kredit yang baik.

Kevin menuturkan penyaluran pinjaman untuk sektor UMKM dalam rangka mendukung pengembangan sektor riil merupakan salah satu fokus bisnis Bank BNP, dan salah satu cara untuk menggenjot penyaluran sektor UMKM adalah dengan peningkatkan internal kontrol, optimalisasi jaringan kantor, hingga portofolio kredit dengan meningkatkan Kredit KTA (Mirai+).

"Kami tahu segmen ini sering menghadapi hambatan dan salah satu cara untuk menggenjot penyaluran kredit di sektor ini adalah dalam mengambil keputusan tidak semata-mata hanya kepada laporan keuangan, tapi dilihat aspek lainnya seperti kapasitas dan pengalaman nasabah," ujar dia.

Ia menuturkan pangsa pasar terbesar untuk penyaluran kredit Bank BNP mayoritas berada di Provinsi Jawa Barat, yakni sebesar 73 persen, disusul DKI Jakarta 10 persen, dan wilayah lainnya masing-masing di bawah 10 persen.

Lebih lanjut dalam RUPS Tahunan Bank BPN tersebut diketahui bahwa rasio kredit bermasalah kotor (NPL Gross) mencapai 4,97 persen, sedangkan rasio kredit bermasalah bersih (NPL Netto) mencapai 4,43 persen, masih berada di bawah limit ketentuan Bank Indonesia yakni sebesar 5 persen.

"Salah satu penyebab NPL itu adalah karena kondisi makro ekonomi dunia yang belum menunjang, dan perekonomian tahun ini mengalami perlambatan, salah satu alasan yang cukup kuat menyebabkan NPL cukup tinggi," kata dia pula.

Pewarta:

Editor : Ajat Sudrajat


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017