Antarajabar.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Cianjur, Jawa Barat, terus berupaya menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di wilayah tersebut dengan cara memberikan pemenuhan gizi ibu mengandung secara maksimal.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Cianjur, dr Irvan Nur Fauzy, di Cianjur, Senin, mengatakan, sepanjang tahun 2017, pihaknya mencatat AKI di wilayah tersebut baru ada 8 kasus dan AKB 19 kasus, dimana angka tersebut jauh lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 49 kasus AKI dan 185 untuk AKB.
"Saat ini Cianjur menjadi peringkat 17 dari 26 kabupaten/kota di Jawa Barat yang AKI/AKB-nya mulai membaik. Penanganan AKI dan AKB harus dimulai dari kondisi ibu, dimana calon ibu di Cianjur ketika masa remajanya sering mengalami Anemia, sehingga kondisi darah dapat mempengaruhi keadaan ibu bayi saat melahirkan," katanya.
Dia menjelaskan, biasanya 30 persen perempuan di Cianjur sejak remaja putri mengalami anemia yang nantinya berpengaruh pada proses melahirkan, sehingga pihaknya akan memberikan vitamin penambah darah untuk menangani permasalahan tersebut.
Bahkan saat hamil tambah dia, permasalahan yang mempengaruhi kodisi sang ibu akan meningkatkan resiko kematian ibu serta bayi karena asupan gizi yang kurang baik. Dinkes akan melakukan penanganan ibu hamil sejak awal masa kandungan.
"Jika selama kehamilan ditemukan ibu hamil yang kurang gizi atau terlihat dari pergelangan tangannya menyusut, maka akan diberi tambahan makanan untuk mengembalikan kondisi gizinya. Kualitas kehidupan pada anak tergantung pada masa kehamilan, ini harus menjadi perhatian, terutama ibu hamil dari kalngan tidak mampu," katanya.
Dia menambahkan, dalam penanganan AKI dan AKB, pihaknya menerapkan skala prioritas dibeberapa wilayah yang dinilai angka kematian ibu dan bayinya masih tinggi."Fokus prioritas di Ciranjang, Cikalong Kulon dan Cipanas, dimana jumlah penduduknya tinggi dengan resiko kematian tinggi, harapan kami AKI dan AKB di Cianjur terus menurun," katany.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Cianjur, dr Irvan Nur Fauzy, di Cianjur, Senin, mengatakan, sepanjang tahun 2017, pihaknya mencatat AKI di wilayah tersebut baru ada 8 kasus dan AKB 19 kasus, dimana angka tersebut jauh lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mencapai 49 kasus AKI dan 185 untuk AKB.
"Saat ini Cianjur menjadi peringkat 17 dari 26 kabupaten/kota di Jawa Barat yang AKI/AKB-nya mulai membaik. Penanganan AKI dan AKB harus dimulai dari kondisi ibu, dimana calon ibu di Cianjur ketika masa remajanya sering mengalami Anemia, sehingga kondisi darah dapat mempengaruhi keadaan ibu bayi saat melahirkan," katanya.
Dia menjelaskan, biasanya 30 persen perempuan di Cianjur sejak remaja putri mengalami anemia yang nantinya berpengaruh pada proses melahirkan, sehingga pihaknya akan memberikan vitamin penambah darah untuk menangani permasalahan tersebut.
Bahkan saat hamil tambah dia, permasalahan yang mempengaruhi kodisi sang ibu akan meningkatkan resiko kematian ibu serta bayi karena asupan gizi yang kurang baik. Dinkes akan melakukan penanganan ibu hamil sejak awal masa kandungan.
"Jika selama kehamilan ditemukan ibu hamil yang kurang gizi atau terlihat dari pergelangan tangannya menyusut, maka akan diberi tambahan makanan untuk mengembalikan kondisi gizinya. Kualitas kehidupan pada anak tergantung pada masa kehamilan, ini harus menjadi perhatian, terutama ibu hamil dari kalngan tidak mampu," katanya.
Dia menambahkan, dalam penanganan AKI dan AKB, pihaknya menerapkan skala prioritas dibeberapa wilayah yang dinilai angka kematian ibu dan bayinya masih tinggi."Fokus prioritas di Ciranjang, Cikalong Kulon dan Cipanas, dimana jumlah penduduknya tinggi dengan resiko kematian tinggi, harapan kami AKI dan AKB di Cianjur terus menurun," katany.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2017